• HOME
  • ABOUT
  • THOUGHTS
  • TRAVEL STORIES
  • CONTACT
Instagram LinkedIn Facebook Twitter Pinterest Tumblr

Ashila Ramadhani

Sering saya terpikir, siapa kamu?
Siapa kamu yang akan mendampingi saya?
Siapa kamu yang akan menemani saya?
Siapa kamu yang kan hidup bersama dengan saya, terus bernaung dan selalu berbagi dengan saya?
Siapa kamu yang akan saya lihat setiap pagi saat saya membuka mata?
Siapa kamu yang kelak akan saya panggil ayah?
Siapa kamu yang kelak akan mencium kening saya dan keningnya--anak kita-- sebelum pergi bekerja?
Siapa kamu yang akan mencintai dan dicintai oleh saya sampai pada saatnya saya harus meninggalkan dunia ini?

Siapa kamu. Di mana kamu.

Belum kuasa saya membayangkan tentang kamu.
Kamu yang kelak akan menjadi sebagian dari jiwa saya. Kamu yang kelak akan mengimami saya.

Belum kuasa saya membayangkan bagaimana bisa saya selalu hidup bersama denganmu.
Berdampingan, beriringan, berjalan bersama-sama.

Siapa kamu. Di mana kamu. Sedang apa dirimu.

Bagaimana sosokmu, perangaimu, sikapmu, kepribadianmu.
Kadang saya merasa takut.
Membayangkan sesuatu yang akan terus ada selama sisa hidup saya.
Kadang saya takut. Baik saya dan kamu, akan gagal membinanya.
Kadang saya takut, kalau pada akhirnya, 'rasa ini' akan tetap, terus, dan selalu ada.
Saya takut mengecewakanmu...

Mungkin saat ini saya masih belum bisa membayangkan, terutama meyakinkan diri saya akan 'tahap' itu.
Bersama sosok pengganti ayah. Bersama sosok pemikul tanggung jawab. Bersama sosok--yang kata orang--belahan jiwa.

Siapa kamu. Di mana kamu.
Saya yakin suatu hari nanti saya akan menantimu.
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Ada kala dimana tidak ada yang bisa mengerti
Ada masa dimana tidak ada apapun yang bisa memahami

Terbelenggu pikiran pribadi yang tak kunjung menemukan kebenaran atau kesalahan yang sebenarnya sedang terjadi.
Aku, kamu, dia, nyata.
Namun raga seolah tak berperasa.
Semua semu. Hilang begitu saja.

Mungkin memang benar, saya yang salah.
Mungkin memang benar, saya yang sedang hilang kesadaran.

Mungkin hanya karena benci. Benci yang meredupkan tawa. Benci yang menghapus canda.

Kebencian atas pikiran pribadi. Kebencian atas ketakutan akan rasa kehilangan.

Tak ada yang harus dipersalahkan.
Mungkin hanya sedang bergeser sedikit dari garis normal.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Hi, I'm Ashila Ramadhani, and welcome to my blog. Most of my previous posts were filled with my random thoughts, poems, and life-stories, but I'm trying to make this blog more meaningful :p from now on, I will fill it with my other (useful) thougts, my life-changing-experiences, my artworks, and my traveling experiences. Enjoy it!

Get Connected

  • LinkedIn
  • Facebook
  • Pinterest
  • Instagram

Categories

  • thoughts

recent posts

INSTAGRAM

@ashilaramadhani

Blog Archive

  • ►  2025 (2)
    • ►  July (2)
  • ►  2024 (1)
    • ►  December (1)
  • ►  2016 (10)
    • ►  October (2)
    • ►  June (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (2)
    • ►  February (2)
  • ►  2015 (21)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
  • ►  2014 (3)
    • ►  December (3)
  • ▼  2013 (14)
    • ►  November (2)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ▼  April (2)
      • Siapa kamu. Di mana kamu.
      • Mungkin.
    • ►  March (3)
    • ►  February (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (5)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  February (1)
  • ►  2011 (6)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates