Bunga dan Dunia // 28.03.15

by - 3/27/2015

Semua berlangsung cepat. Tumbuh dan tertata rapih bak tanaman di depan teras itu.

Ketika sore ia membuka pintu, tampak bertaburan warna warni indah dari bunga yang baru saja merekah. Cerah, ceria. Hanya memandangnya saja pun ia bahagia. Ternyata, hari itu sedang musim semi. Pantas saja. Semua terlihat indah.

Hari berganti hari. Nampaknya keindahan itu tak berlangsung lama. Perlahan bunga-bunga itu melayu. Seiring waktu. Satu persatu.

Ia memandangnya. Tampak sedikit kecewa. "Mengapa sangat cepat..." pikirnya. Namun bagaimana pun, itu adalah bunga. Di mana tanpa diminta ia akan melayu, namun akan menggantinya dengan yang baru. Tentunya membutuhkan waktu.

Mungkin waktu yang membuat bunga-bunga itu istimewa, karena akan selalu ditunggu oleh sang pemujanya. Ya, ia pemuja bunga-bunga itu.

Mungkin kecewa, tapi ia akan tetap menunggu sampai bunga-bunga itu kembali merekah, memancarkan warna cerah.

Tak ada yang bisa disalahkan memang, mengapa bunga itu dapat layu. Namun itulah siklus. Memang harus begitu adanya. Mungkin agar ia bisa lebih menikmati (juga menghargai?) ketika saatnya bunga itu kembali berwarna.

----------------------
28/03/15
Ketika merasa tersakiti. Namun tak ada apapun yang bisa disalahkan. Murni karena (mungkin) kesalahan pribadi, yang dikalahkan oleh nafsu. Ya, ia tak pandai menjaga hati dan membawa diri.

Namun ia tersadar, bahwa ia berada di dunia. Tempat di mana semua hal tidak kekal. Tempat di mana akan ada satu juta kemungkinan. Tempat di mana semua makhluk berkumpul, tentunya yang memiliki perbedaan di setiap aspek. Ia pun tak bisa menyalahkan siapa pun, apa pun.

Lalu, ia harus pergi ke mana?

You May Also Like

2 comments

  1. bagian terkeren >> "Mungkin waktu yang membuat bunga-bunga itu istimewa, karena akan selalu ditunggu oleh sang pemujanya" :-D

    ReplyDelete