Fenomena Ojek Masa Kini (Part 1)
Lama tidak berkuliah, saya pun rindu dengan tugas-tugas, terutama yang berhubungan dengan analisa. Saya juga merindukan masa-masa UAS, karena memang pada momen itu saya memiliki habit tersendiri.
Satu sampai dua minggu sebelumnya, saya biasanya sudah menyicil untuk belajar, baik merangkum, membaca catatan dari mata kuliah di kelas, atau pun berdiskusi dengan beberapa orang teman. Waktu berdiskusi pun merupakan waktu yang menyenangkan, karena saya memiliki teman diskusi yang asik, fun, kritis, namun paham perkembangan saat ini. Sebut saja mereka Hana, Hani, Nafira, para sahabat saya.
Kesibukan pekerjaan dan perkuliahan nampaknya membuat kami sudah jarang berkumpul dan (secara tidak disengaja akhirnya) berdiskusi. Mengenai apa pun. Paling hanya via grup chat saja, tapi itu pun intensitasnya tidak sering, lebih sering membahas hal-hal tidak penting--seperti jodoh hahaha--
Sejak beberapa minggu terakhir, saya sedang mengamati salah satu fenomena yang sedang menjadi hype saat ini, yaitu Go-Jek. Jika saya masih berkuliah, bisa saya pastikan akan ada banyak mata kuliah yang membahas dan memberikan tugas mengenai topik itu hahaha karena memang, kepopulerannya saat ini tidak terlepas dari keberhasilan program komunikasi dan pemasaran yang mereka lakukan.
Begitu pun jika saya masih sering berkumpul dengan para sahabat saya itu, pasti ada satu momen di mana kami sangat antusias membahas tentang hal itu haha belum lama saya sudah pernah sedikit membahas tentang hal ini sih dengan Nafira, tapi kurang puas hahaha nah, melalui media ini, saya ingin menyalurkan kerinduan saya akan berkuliah dan berdiskusi, juga 'kegatelan' saya untuk berkomentar mengenai salah satu brand yang sedang populer di masyarakat, yaitu Go-Jek.
Mari kita mulai!
Saya tekankan sebelumnya bahwa yang saya jabarkan di bawah ini tidak berdasar penelitian akurat juga teori-teori dari para ahli. Namun hanyalah berdasarkan hasil observasi dan wawancara serta ingatan pengetahuan yang selama ini saya dapat, baik dari perkuliahan, buku, maupun internet. Tau sendiri kan ingatan manusia seperti apa? Hahaha jadi sebenarnya tulisan ini sama sekali tidak bisa dibuktikan kredibilitasnya. Jangan dijadiin sumber info apa pun yaa hahaha :'D
Go-Jek.
Go-Jek adalah perusahaan layanan transportasi ojek sepeda motor yang mulai beroperasi sejak Februari 2011. Pada prinsipnya layanan Go-Jek layaknya ojek pada umumnya yang dengan kelincahannya bisa membawa penumpang menembus kemacetan lalu lintas Jakarta dengan cepat. Namun bedanya, menurut Kusnadi Mansyur, Operating Manager Go-Jek, jasa Go-Jek bisa dipesan melalui telepon, Facebook, ataupun Twitter, asalkan pemesan mencantumkan nomor teleponnya. (http://www.karbonjournal.org/focus/ojek-menyalip-go-jek-menyelip, diakses pada 28 Juli 2015, 12.28) Sedangkan, bila mengutip dari web resminya, Go-Jek adalah perusahaan berjiwa sosial yang memimpin revolusi industri transportasi Ojek. Go-Jek bermitra dengan para pengendara Ojek berpengalaman di Jakarta, Bandung, Bali & Surabaya dan menjadi solusi utama dalam pengiriman barang, pesan antar makanan, berbelanja, dan berpergian di tengah kemacetan.
Sisi Internal.
Dalam merekrut para driver-nya, Go-Jek memiliki beberapa prosedur pendaftaran. Hal ini saya ketahui dari beberapa kali melakukan wawanara informal dengan para driver dalam satu bulan ini.
Prosedur pertama, para driver harus memiliki SIM-C dan STNK resmi motor. Tahun motor pun tidak boleh kurang dari tahun 2010 (seingat saya). Para driver pun harus memiliki kesehatan mata yang baik, dan berusia tak lebih dari 50 tahun. Sebelum mendaftar, mereka diharuskan mengisi form pendaftaran dengan melampirkan fotokopi KTP, KK, SIM, dan STNK serta memberikan jaminan asli BPKB/Ijazah terakhir/KK/Akte Lahir/Buku Nikah untuk kemudian ditahan saat mereka menjadi driver.
Setelah itu, prosedur ke dua yaitu melakukan wawancara. Pertanyaan yang diajukan hanya satu, yaitu "Sedang bekerja atau tidak? Jika ya, apakah full-time atau part-time?" Berdasarkan wawancara, Go-Jek hanya bisa merekrut para driver yang tidak sedang bekerja, atau bekerja namun part-time. Menurut salah satu driver sih alasannya mungkin karena perusahaan juga tidak ingin dirugikan. Jika dia bekerja full-time, maka dia tidak bisa maksimal di dalam Go-Jek. Itu akan berdampak pada pendapatan Go-Jek itu sendiri (seperti yang diketahui, pembagian penghasilannya itu 80:20). Hehehe, analisa yang oke juga, bang! Namun, menurut salah satu berita di Liputan6, pihak perusahaan pun melakukan cek domisili, background check yaitu dengan menelpon istrinya untuk mengetahui kebenaran tempat tinggal, serta ada intervew perilaku. Saat menjadi driver pun, mereka akan terus dimonitor. Jika terdapat keluhan dari pelanggan, pihak perusahaan langsung memanggil driver yang bersangkutan dan mewawancarainya.
Prosedur ke tiga adalah cek kesehatan. Mata menjadi hal utama, karena merupakan indera paling penting untuk menjadi driver hahaha yaiyalah. Jika lulus, mereka harus mengikuti prosedur yang terakhir yaitu training dan workshop.
Proses training dan workshop ini dibagi menjadi beberapa kelas, antara lain pengenalan perusahaan, workshop safety riding, training cara melayani pelanggan dengan baik dan sopan, serta training penggunaan smartphone dan aplikasi mobile Go-Jek. Semua driver sih curhat gini "capek kak trainingnya uuugh ampe jam 9 malem dari jam 7 pagi" hahaha sabar yah bang.
Setelah training selesai, mereka baru diberikan smartphone (bagi yang belum punya), 2 jaket, 2 helm, dan perlengkapan untuk penumpang yaitu masker dan head cap. Mereka pun diberikan modal awal 100ribu untuk membeli bensin dan pulsa serta saldo di rekening CIMB Niaga-rekening ponsel- (lupa berapanya) untuk melayani jasa pick up food nya. Mereka juga bisa langsung mulai terima order saat itu juga. Kata semua driver yang saya wawancara sih prosesnya cepat dan profesional, hanya 2 hari. Dari yang saya dengar (dari curhatan mereka) pun, semuanya menguntungkan. Sang driver langsung semangat dan antusias gitu. Hahaha.
Saat telah resmi menjadi driver, mereka mendapat beberapa benefit, antara lain;
- Bonus 1. Jika berhasil mengangkut 10 penumpang dalam satu hari, mereka mendapat bonus dari perusahaan.
- Bonus 2. Para driver juga akan mendapat bonus sebesar 150ribu jika berhasil mengajak satu orang untuk menjadi driver baru Go-Jek.
- Sistem pembayaran 80:20 yang langsung dikredit ke rekening driver sesaat setelah selesai mengantar penumpang (jika penumpang memilih membayar menggunakan credit/corporate pin). Mereka pun jadi bisa mengambil hasilnya secara harian. Pakai rekening ponsel lagi, jadi mudah gaperlu menyimpan kartu ATM dan ngeluarin dompet pas ambil uang hehe
- Award. Menurut salah satu driver terrrr-asik yang pernah saya order, pihak Go-Jek secara rutin memberikan reward untuk driver dengan komentar positif terbanyak dan rating terbaik. Dan dia dapet itu! Wajar sih, asik banget, ramah bgt, baik banget. Mungkin karena masih nuda juga kali, yah haha
- Smartphone yang diberikan di awal dan dibayar dengan sistem cicilan selama 100 hari atau satu minggu. Besaran cicilan tergantung lamanya waktu.
- Asuransi jiwa jika terjadi kecelakaan.
- Training dan tes mengendarai motor dengan aman setiap 6 bulan sekali dari Polda (eh apa mana ya.... Hemm lupa hehehe
Hemm, bersedia untuk daftar Go-Jek, Mas&Mbak? Hehehe
Berdasarkan hal-hal tersebut saya melihat bahwa pihak Go-Jek sangat memperhatikan kepuasan pelanggan serta kesejahteraan karyawannya. Dari sisi kepuasan pelanggan, pemberian workshop dan training yang sedemikian rupa membuat para pelanggan menjadi merasa nyaman, puas, senang, dan ingin menggunakannya lagi dan lagi (termasuk saya hehehe). Sang driver menjadi sangat terbuka, namun tetap ramah dan sopan. Cara mengendarai motornya pun enak, gak ugal-ugalan, gak ngebut. Safe bgt deh! Hahahaha geli.
Kalau dari sisi driver, Go-Jek memberikan benefit sedemikian rupa agar mereka merasa nyaman dalam menjalani pekerjaannya. Karena jika mereka udah merasa nyaman dan in-to-GoJek banget (tsaelah), loyalitas driver pun menguat dan berdampak pada semangat sang driver untuk bekerja. Hal itu akan berbanding lurus dengan keuntungan yang akan didapatkan perusahaan :-) (btw jadi kangen kuliah bangeeetttt huhu)
Sisi Eksternal.
Masalah klise khas perkotaan, yaitu macet. Satu kata yang menjadi keseharian kota-kota di Indonesia, terutama ibukota Jakarta. Kemacetan yang menjadi momok terbesar ketika di perjalanan, sedikit teratasi dengan maraknya jasa ojek. Namun, tarif yang kadang "nembak" tepat ke dompet, sampai hal kecil terkait helm yang bau-nya hinggap sepanjang 'perboncengan', membuat jasa ojek yang bisa menjadi pilihan kerap dilupakan. Belum lagi beberapa 'bang ojek' yang mengendarai motornya dengan ugal-ugalan, semakin membuat orang berpikir dua kali untuk menggunakan jasanya, jika tidak sedang terpepet waktu.
Pada kelompok masyarakat lainnya, keengganan juga muncul karena terkadang mereka diharuskan berjalan cukup jauh terlebih dahulu untuk mencapai pangkalan dan mendapatkan ojek. Akhirnya, tidak sedikit juga yang lebih memilih menggunakan moda transportasi yang bisa menjemput ke rumah seperti taksi. Bertambah macetlah ibukota kita ini :) berdasarkan artikel yang saya baca, masalah kemacetan ibukota itulah yang menjadi salah satu lasan Nadiem Makarim, CEO Go-Jek Indonesia, dalam memulai bisnis ini. Selain itu, beliau juga peduli dengan cara yang para tukang ojek lakukan dalam mendapatkan penumpang yang menurutnya kurang efisien, yaitu dengan menggantungkan nasib pada tempat mangkal atau berkeliaran mencari penumpang di pinggir jalan dari pagi hingga larut malam.
Di sisi lain, kini sedang marak tren "BM" atau bisa disebut dengan 'ngidam' di kalangan masyarakat, khususnya anak muda (pendapat pribadi wkwk). Saya sendiri pun sering merasakannya hahaha tapi kebanyakan akhirnya saya urungkan karena rasa malas yang luar biasa untuk pergi ke tempat makan yang saya inginkan hahahaha kalau ngidamnya HokBen sih bisa delivery yah, tapi kalau ngidamnya Sushi Tei? Haha yang ada ngiler doang di rumah liatin gambar Salmon Hana Ikura yang seger banget hahaha di sini Go-Jek hadir untuk menjawab permasalahan itu, dengan menyediakan layanan untuk "membelikan" makanan yang kita mau dan langsung mengirimkannya ke rumah. Wihiiiii *mata berbinar*
Selain itu, Go-Jek juga bisa menjadi solusi bagi orang-orang pelupaseperti saya, perusahaan yang butuh jasa antar barang dalam waktu yang cepat, dan ibu-ibu yang sayang anak (?) "maksudnya?" iya, contohnya ibu saya ketika ingin mengantar masakan hari itu ke rumah Kakak saya tapi malas untuk pergi ke sana. Kami bisa menggunakan layanan pick up barang yang disediakan oleh Go-Jek hehehe praktis ya, semua menjadi mudah.
Selain itu, Go-Jek juga bisa menjadi solusi bagi orang-orang pelupa
Why Go-Jek is becoming more and more and more popular nowadays?
Nah! Hal ini yang membuat saya geregetan ingin berkomentar, khususnya dari sudut komunikasi hehe tapi, analisa piyik saya akan saya jabarkan pada postingan berikutnya. Tunggu yaaa :D see ya! (kayak ada yangg baca aja wkwk)
0 comments