Sudahkan Saya Bersyukur?
Catatan kecil, 7 Juli 2015.
________________________________
Hidup memang tak pernah lepas dari segala keuinikannya, naik-turun serta berputar, yang membuat hidup itu sendiri menjadi sangat beragam warna.
________________________________
Beberapa bulan terakhir saya seringkali memperhatikan jalanan pulang yang setiap hari saya lalui. Saya menemukan bahwa ada banyak--mungkin lebih dari sepuluh--pemulung, baik seorang diri maupun bersama keluarga, di sepanjang jalan Margonda Raya, Depok. Mereka semua benar-benar terlihat kompak, dengan atribut karung yang saya tidak tahu apa saja isinya, serta tikar beragam jenis dan warna yang sudah tergelar rapih (yang barangkali) untuk menemani mereka tidur. Jarak antara satu pemulung dengan yang lainnya pun tidak berjauhan, kira-kira hanya sekitar 5-10 meter. Depok di malam hari pun berubah menjadi pertunjukan kehidupan yang dramatis.
Dari banyaknya pemulung yang saya temui itu, beragam aktivitas dapat terekam. Ada yang sudah terlelap tidur, ada yang sedang bersenda gurau dengan keluarga, ada yang sedang menyusui anaknya, dan ada pula yang sedang lahap menikmati makan malamnya. Dari yang saya lihat, semua terlihat bahagia, di luar dari keadaan pelik yang setiap hari mereka rasakan.
Masih di lokasi yang sama, perhatian saya tertuju pada dua buah keluarga yang setiap malam selalu mengisi tempat itu, tidak pernah absen. Dua buah keluarga berbeda dengan tempat yang sedikit berjauhan, namun mereka selalu memancarkan keceriaan dan kehangatan yang sama.
Keluarga pertama berada di trotoar setelah perumahan elite Pesona Khayangan. Mereka berjumlah empat orang; satu bapak, satu ibu, dan dua orang anak laki-laki dan perempuan yang masih berusia balita dan anak-anak. Setiap malam ketika saya sedang melewati jalan itu, mereka hampir selalu sedang melakukan aktivitas yang sama, yaitu berbincang hangat dengan senyuman ringan yang selalu menyelimutinya. Mereka terlihat bahagia, seperti tak memimiliki beban yang harus dipikul. Padahal setiap malam mereka harus merasakan ketidaknyamanan tidur di pinggir jalan--Itu pun menurut opini saya yang memang belum pernah merasakannya--.
Tak jauh berbeda dengan keluarga ke dua. Ditemani dengan gerobak mungil dan alas tikar yang seadanya, keluarga itu terlihat santai menikmati malam sambil mengobrol dan bercanda dengan anggota keluarga sambil menyimpulkan senyuman. Terlihat hangat, juga menentramkan hati. Entah apa yang mereka bicarakan. Yang hanya saya tahu, mereka terlihat bahagia dan menikmati setiap detik waktunya :") tak ada kemewahan, apalagi gadget. Sungguh berbeda pemandangannya dengan realitas ibu kota di sudut yang lain.
________________________
Di sepanjang perjalanan saya pulang, memang banyak sekali pemandangan realita kehidupan ibu kota yang dapat ditemui. Rute yang cukup jauh dan menggunakan berbagai moda transportasi, mengharuskan saya untuk memperhatikan itu semua. Sebenarnya bisa banyak sekali pelajaran yang bisa diambil, salah satunya yang ingin saya tekankan di tulisan ini yaitu bersyukur.
Sudahkah saya bersyukur?
Ada yang pernah bercerita kepada saya bahwa sebenarnya hidup yang sedang kita jalani hari ini, adalah hidup yang sedang diidamkan oleh orang lain di dalam do'a-nya. Namun ternyata masih banyak orang yang selalu mengeluh dan merasa kurang dengan apa yang telah mereka dapatkan. Saya memahami memang tingkat kecukupan seseorang bersifat relatif. Akan tetapi, bersediakah kita merenung sejenak untuk mengingat dan mensyukuri setiap detik rizki yang telah Allah berikan kepada kita dan keluarga sampai saat ini?
Let's do self-talk!
Hemm. Saya boleh merasa kurang. Namun ketika orang lain ada di posisi saya saat ini, mungkin mereka bisa jadi merasa sangat-sangat bersyukur, karena memang 'yang begini' cerita hodup yang sedang mereka dambakan. Hem. Jadi sedih sendiri karena masih sering merasa kurang dengan apa yang sudah didapat. Padahal sebenarnya, seharusnya jiwa saya mendorong pikiran dan hati saya untuk selalj merasa cukup dengan apa yang sudah saya miliki saat ini. Masalah hidup yang lebih baik lagi, hanya tinggal perihal usaha yang dilakukan dan do'a yang dipanjatkan. Jika memang bersungguh-sungguh dan Allah mengijabah, hal itu pun akan mengiringinya. Ya, tho?
Yang penting adalah....... "Sudahkan kita (dan saya) bersyukur?"
0 comments