The Little Prince; Menjadi Ibu yang Baik
Sebagai penyuka film animasi, terutama Disney dan terlebih lagi Pixar, saya pun tidak akan melewatinya. Tapi memang, ada beberapa judul film animasi yang akhir-akhir ini memang tidak saya tonton. Saya sibuk. (sok :P)
Di bulan November lalu, dirilis salah satu film animasi baru,
adaptasi dari novel terlaris sepanjang masa yang menjadi best seller selama
puluhan tahun. Novel itu awalnya adalah novel karangan penulis legendaris Prancis bernama de
Saint-Exupery yang berjudul Le Petit Prince, lalu kemudian diterjemahkan ke
dalam Bahasa Inggris menjadi The Little Prince. Walaupun dikemas dalam bentuk
animasi, sesungguhnya film ini lebih diperuntukkan untuk orang dewasa, melalui pesan-pesan moral yang diselipkan. Beberapa pesan moral yang disajikan di dalamnya menurut saya really touchy di benak para orang dewasa saat ini.
Awalnya, saya tidak terlalu tertarik untuk menonton ketika membaca resensinya di IMDB. Namun, setelah film tersebut secara resmi dirilis di Indonesia, cukup banyak review baik yang diberikan. Lekaslah saya Googling beberapa review dari negara-negara lainnya. Dan benar, film ini mendapat beberapa pujian dan banyak pula yg berpendapat bahwa film ini “rasa
Pixar”. Yap! That's right! It's really Pixar-alike.
Mendengarnya, tertariklah saya untuk menonton, daaaaann.... sangat sangat tidak menyesal! Rasanya, setelah saya terpana dengan Toy Story 3 dan Tangled,
sepertinya The Little Prince menjadi satu film animasi teranyar yang bisa
merebut hati saya, baik dari jalan cerita, karakter, maupun soundtrack yang benar-benar (saya
menyebutnya dengan) eargasm, Huhuhu beberapa kali sedih banget sewaktu dengar soundtracknya (lebay fix).
Sewaktu saya menonton film ini sendiri (curhat), percaya gak percaya sih, I cried for 3 times hahahaha lebay sih, tapi serius, sedih, dan dikemasnya juga sangat baik dengan soundtrack yang mendukung. Jadilah mewek 3x haha
For you who hasn't listened yet, here is the soundtrack:
Sewaktu saya menonton film ini sendiri (curhat), percaya gak percaya sih, I cried for 3 times hahahaha lebay sih, tapi serius, sedih, dan dikemasnya juga sangat baik dengan soundtrack yang mendukung. Jadilah mewek 3x haha
For you who hasn't listened yet, here is the soundtrack:
Ada satu lagi, judulnya Salvation by Gabrielle Aplin, tapi gak tersedia di Playlist di atas. Ini linknya:
How is it? Ya kaaaaaann sedih nget bagus nget? Semacam orkestra gitu, menurut saya. Gimana gak nangis hemm Which I like the most is Equation by Camille :") sooo touchy huhu other one is Suis Moi, such a cheerful song.
Back to the story,
This movie could teach us so many lessons; how to become a good parents. not-so-busy parents. No matter how busy our work is, we should give so much care for our children.
Di dalam cerita itu, ada seorang Ibu yang sangat sangat disiplin terhadap anaknya agar ia bisa masuk akademi terbaik dan terfavorit di sana. Sang Ibu membuat jadwal aktivitas sehari-hari anaknya dengan sangat ketat, namun sebenarnya sang Ibu melupakan suatu hal yang penting, yaitu leisure time untuk sekedar beristirahat dan bermain seperti umumnya anak-anak. Akhirnya sang anak bertemu teman barunya, kakek tua tetangga sebelah rumah yang memiliki dongeng tentang The Little Prince (hemm, sepertinya saya tidak pandai untuk menceritakan kembali). Nah, lebih lengkapnya, bisa nonton by DVD atau download filmnya aja biar paham hehe
Intinya, bagi saya, pesan mengenai parenting yang disajikan oleh film ini sangat baik dan bisa membuat sadar juga bahwa sebagai Ibu (soon to be :P), harus bisa memperlakukan anak sesuai dengan usianya. Ambisius boleh, menginginkan anak menjadi jenius pun tidak dilarang. Namun, semuanya harus tetap pada kadarnya dan disesuaikan dengan usia serta perkembangan mentalnya. Intinya, jangan sampai sang anak malah jadi stress atau malah gila.
Saya pernah membaca sebuah cerita juga, ada seorang anak yang menjadi gila karena keambisiusan orang tuanya untuk menjadikannya seorang yang cerdas. Huhu sedih dan miris yah... Lalu saya menjadi berpikir dan teringat, pada suaktu waktu saya pernah berkeinginan untuk menjadi Ibu yang disiplin dan menjadikan anak saya anak yang pintar, detail, dan aktif. Saya berniat untuk memberikan les yang beraneka rupa untuk anak saya kelak, seperti piano dan renang (karena saya tidak bisa bermain piano dan berenang haha), mengaji, bahasa asing, lukis, kumon, dsb (Ibu-Ibu egois dan ambisius yah, Astaghfirullah hahaha). Tapi ternyata, gak bagus juga ya. Alhamdulillah saya menonton film ini sebelum saya menikah dan memiliki anak. Kalau tidak, bisa gila anak saya hahaha
Sebenarnya ada banyak pelajaran lain (lebih ke pemerintahan sih menurut saya) yang disiratkan oleh sang Little Prince di dalam film tersebut. Tapi sepertinya, pesan dari sang Little Prince itu sudah banyak yang menjabarkannya. Jadi sesungguhnya, pengemasan dongeng Little Prince-nya itu ada di dalam sebuah cerita Ibu dan anak yang saya ceritakan di atas. Jadi film Little Prince adaptasi ini sebenarnya adalah "cerita di dalam cerita." Ngerti gak? Hahaha. Ya begitulah. Yang penting pesannya sangat baik dan Alhamdulillah bermanfaat.
Saya harus jadi lebih baik.
0 comments