Terjebak Kembali

by - 4/07/2016

Buaian irama syahdu menyentuh kalbu kembali melantun hangat, lambat. Saya pun menikmati, mengamati. Perlahan sayup suaranya semakin menderu, merdu. Saya tersungkur ke dalam kekhidmatan yang dicipta.

Semakin hari lantunannya terdengar semakin garang. Namun tetap lembut. Bisa kah terpikir? Sepertinya tidak. Tapi saya merasa. Itu terasa.

Lambat-lambat saya mengikuti. Terperangkap sayup merdunya hingga lupa diri, lupa segala yang telah terbangun kuat dalam benak hati....yang sebenarnya bukan ingin saya untuk mengabaikan.

Saya masuk ke dalam buaian, saat ada hal yang sudah runtuh. Saya mencari tempat berteduh. Luluh.

Lantunannya membuat saya candu. Iramanya merdu. Saya pun termangu. Tanpa sadar, perlahan menjadi surau suara yang mengganggu.

Tak nyaman, saya pun ingin keluar. Berkelana kembali, pun mungkin mencari lagi lantunan merdu lain. Tapi.....terkunci!

Di mana kuncinya?
Saya.....terjebak kembali.

Saya pun ragu, sebenarnya mana yang benar dan harus diraba. Berdiam diri, mencoba mencari kenyamanan dan menciptakan melodi sendiri, atau menunggu sampai waktu kembali meruntuhkannya hingga saya bisa bebas mencari sumber surau suara lain?

Saya terbelenggu.

You May Also Like

0 comments