Lapis dan Warna
Bukan, itu bukan gambar saya. Itu adalah satu dari karya-karya murid Ayah saya. Ya, Ayah saya seorang guru lukis, sejak sebelas tahun lalu.
Naik turunnya roda kehidupan membuat warnanya beragam. Banyak yang telah Ayah saya--keluarga saya--lalui selama berpuluh tahun menjalaninya. Naik-turun, maju-terhenti, lengkap. Sampai pada akhirnya, Ayah merasa nyaman--dan tentunya penuh syukur--dengan aktivitasnya saat ini; menjadi seorang guru :)
Beruntungnya saya, kontras kehidupan pernah saya alami. Hal itu menjadi hal yang sangat berharga, belajar melihat kehidupan dari atas dengan cakupan yang lebih luas. "Jadi manusia itu harus pandai melihat kehidupan dari sudut pandang helikopter. Kita bisa clear melihat dunia, bahkan pada sisi terkecil yang kadang terlewat." Itulah yang Ayah saya selalu terapkan kepada keluarga.
Perubahan keadaan keluarga yang cukup drastis, dulu, nampaknya cukup berpengaruh terhadap situasi internal kami. Namun, Ayah selalu menerapkan ilmu syukur yang wajib dibiasakan sejak kecil terhadap semua hal yang didapat. Apapun, berapapun. Semua datangnya dari Dia, dan semua sudah menjadi kehendak-Nya. Yang pasti, semua memiliki makna untuk menjadi arahan masa depan, dan tentunya modal untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Hidup ini penuh warna, serta lapisan. Untuk menikmatinya, kita harus peka untuk bisa melihat lapis demi lapis keberkahan yang dberikan oleh Allah SWT.
Saya harus jadi lebih baik.
Hidup ini penuh warna, serta lapisan. Untuk menikmatinya, kita harus peka untuk bisa melihat lapis demi lapis keberkahan yang dberikan oleh Allah SWT.
Saya harus jadi lebih baik.
0 comments