• HOME
  • ABOUT
  • THOUGHTS
  • TRAVEL STORIES
  • CONTACT
Instagram LinkedIn Facebook Twitter Pinterest Tumblr

Ashila Ramadhani


I just start my life when I met you; someone I barely knew.

A lot of coincidences happened afterwards. It's nothing but to ensure myself that coincidences are part of our destiny.

I have never imagined that you came into my life this fast; like a ray of light that shines through the clouds in my deepest mind. I just looked at you and believed that the world was new.

It was right, right from the start.

I have never wondered about a love that blooms so quick. It proves that souls don't have calendars or clocks, nor do they understand the notion of time or distance. They only know it feels right to be with one another.

______________

You are the person I've been waiting for through my 23yrs of breathing.

You are the person I had always dreamt of through my ups and downs.

You are the person I had always asked for in every pray. On every day I was passing through.

You are here, through all coincidences I have never imagined it could be so real. Through the incredibly miracle ways. Through all amazingly sweet processes. Because the steps taking were unbelievably magical.

It's out of our imagination; how things were going so right, this easy.

You are beyond enough. You are beyond my expectations bout a person I knew existed. And I feel really blessed :)

You just change my life; completely..

I can only say that I love you even more ever since. And I always will.

Ps; yeay, we're counting days! I hope all things could go as sweet as our plans. Bismillah❤️



Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Jangan dipikir
Hangat kau hadir penuh desir

Jangan dilihat
Tatap kau buat selalu hebat

Jangan dinyana
Ada kau tanya tanpa suara

Itu rasa
Soal cinta kubuat parafrasa
Soal kau tiba tetiba penuh aksara ria
Tanpa gesa
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
 

Artikel di bawah ini dibuat setelah saya mengunjungi Museum ini. Awalnya, namanya terdengar asing. Namun Ayah saya sangat bersemangat menyuruh saya untuk mengunjungi tempat ini. Maklum, beliau adalah penggila seni (sekaligus seniman sih hahaha) yang selalu "mencekoki" anak-anaknya tentang segala hal berbau seni sejak saya kecil. Mulai dari pameran-pameran lukisan, galeri-galeri seni, praktik menggabar atau pun melukis, mengatur interior dan warna tembok di rumah, sampai membuat perabotan rumah tangga sendiri. Walhasil, saya pun mencintai dunia seni, khususnya seni rupa, sejak saya masih berada di sekolah dasar hehe

Aaand let's go! Museum ini benar-benar "tipe" saya. Modern, bersih, indah, dan intagram-able kata anak zaman sekarang, sih. Banyak yang bisa dilihat. Setiap detailnya diperhatikan. Dan semuanya menarik! Memang terlihat berbeda sih antara galeri seni milik kolektor biasa dengan galeri milik kolektor yang memang penggila seni dan tentunya "berada." hahaha serius deh, galeri ini unik dan bagus! (jiwa promosinya keluar hahaha)
____________________________________

Mengintip Museum Seni Unik di Kota Sejuta Bunga

Pesona karya-karya seni pemuas mata. Kejutan estetika modern yang tentu membawa Anda ke dalam fantasi kontemporer penyejuk jiwa. Museum OHD, sebuah rumah bagi penikmat seni di tengah hiruk pikuk Magelang, Kota Sejuta Bunga.

Kota Magelang tak hanya dikenal luas dengan Candi Borobudurnya yang mendunia. Bukan juga hanya dari peninggalan benda-benda pra-sejarah yang dapat Anda temui di sini. Kota kecil yang sejuk ini juga menyimpan banyak kejutan alam yang dapat dikunjungi. Mulai dari wisata air terjun, pemandangan gunung, taman rekreasi keluarga, danau dan telaga, agrowisata, olahraga air arung jeram, dan masih banyak lainnya. Namun, alam dan benda-benda prasejarah saja seakan tak cukup menjadi pesona kota di Provinsi Jawa Tengah ini. Beberapa seni dan budaya juga menjadi salah satu modal utama keunikan kota sejuta bunga.

Seni memang tidak pernah mati di mana pun dia berada. Ketika berkunjung ke Kota Magelang, cobalah mengunjungi Museum OHD. Jika Anda memang pecinta seni, di sinilah Anda akan merasa sangat bahagia, bahkan tersenyum sumringah, sejak awal Anda disambut oleh pintu gerbangnya :))


Museum unik di tengah kota Magelang ini memang belum setenar Museum Affandi yang berada di Yogyakarta. Museum ini sengaja mengambil nama pemiliknya, yaitu Oei Hang Djien. Oei Hong Djien merupakan seorang kurator seni rupa kondang mendunia. Kiprahnya di dunia seni rupa sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Beliau memang bukan seorang seniman. Namun, kejeliannya dalam menilai sebuah lukisan menjadikannya sangat tenar. Oei Hong Djien sebenarnya berprofesi sebagai seorang dokter spesialis. Gelar dokternya dia peroleh setelah bersekolah di Universitas Indonesia. Namun jangan heran bila seorang dokter spesialis yang menimba ilmu sampai negeri Belanda ini memiliki mata yang tajam untuk menilai sebuah lukisan. Oei Hong Djien sudah terbiasa dengan lukisan sejak beliau masih kecil. Ayahnya juga seorang kolektor lukisan. Sampai saat ini, Oei Hong Djien menjalani bisnis sebagai pedagang tembakau sekaligus grader untuk PT. Djarum Kudus, sebuah pabrik rokok terkenal di Indonesia.

Dinding-dinding rumah semasa kecil Oei Hong Djien dipenuhi oleh lukisan-lukisan tua zaman Belanda. Di samping sudah mencintai lukisan sejak kecil, Oei Hong Djien juga kerap mengikuti berbagai seminar tentang karya seni ketika beliau bersekolah di Belanda. Putra daerah asli Magelang ini lahir pada 5 April 1939 dan telah mengumpulkan banyak sekali lukisan maupun karya seni rupa dari seniman-seniman tenar seperti Affandi, Basoeki Abdullah, atu pun Widayat, hingga lukisan-lukisan pemula yang unik di mata beliau.

Beliau sering menjadi pembicara atau narasumber di sebuah pameran-pameran lukisan di dalam maupun luar negeri, juga menggoreskan tulisannya pada halaman pengantar dari sebuah katalog lukisan. Mengunjungi museum ini seperti menilik kehidupan banyak rupa yang tersaji melalui lukisan maupun patung kontemporer yang hadir di dalam ruang-ruangnya.

Museum OHD terdiri dari dua buah ruang, museum OHD 1 yang murni berisi lukisan-lukisan koleksi Oei Hong Djien sendiri, dan museum OHD 2 yang berisi koleksi seni rupa modern seperti patung dan boneka kontemporer dengan imajinasi yang lebih liar dari OHD 1. Museum yang berada di Jalan Pangeran Diponegoro nomor 74 Magelang ini menyimpan kurang lebih 1500 lukisan di dalamnya dan memiliki luas area 400 meter persegi.


Memang ada juga fantasi yang disampaikan melalui lukisan di OHD 2. Tapi percampurannya dengan hasil karya lainnya membuat pengunjung merasa nyaman dengan penempatan yang sangat artistik dan bernilai estetik. Jika di museum OHD 1 pengunjung kerap melihat lukisan lama, kesan modern segera timbul di museum OHD 2. Memang, museum OHD 1 kebanyakan menyimpan koleksi lukisan sebelum Indonesia merdeka dan di masa-masa kemerdekaan.

Pada saat itu, seni belum mencuat sebegini nyaring. Seniman –seniman yang tenar pada waktu itu adalah seniman sastra yang menyuarakan nurani lewat tulisan. Di museum OHD 1, Anda bisa menemukan lukisan-lukisan, baik yang abstrak maupun realis, yang menggambarkan situasi sebelum dan saat kemerdekaan. Sementara di museum OHD 2, Anda dapat merasuki pikiran-pikiran liar seniman seni rupa melalui bentuk-bentuk patung, boneka, dan berbagai karya seni lainnya.

Sebelumnya, museum OHD 1 dan OHD 2 hanya untuk pembelajaran pribadi untuk keluarga dan para seniman yang ingin belajar tentang seni rupa. Sangat disayangkan pada masa lalu seni kurang diminati dan seni rupa pun tidak banyak terdengar gaungnya. Dahulu, OHD 1 dan 2 ini memfasilitasi karya-karya seniman dalam bentuk ruang pameran.

Saat ini, dibangun juga museum new OHD di jalan Jenggala, Magelang, yang telah dibuka pada 5 April 2012 sebagai perayaan ulang tahun Oei Hong Djien yang ke-73. New OHD ini masuk dalam Guinness Book of Record pada tanggal 23 April 2012 silam. Tertarik mengnunjungi museum seni rupa milik pak Oei Hong Djien ini? Datang saja setiap hari kecuali Selasa pada pukul 10.00 sampai dengan 18.00. Selamat berimajinasi!
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hi, long time no blogging. I have been so busy with this life. Ini serius.

Mungkin ini tahun tersibuk, yang bisa saya pikir. Entah. Entah sibuk bekerja, berkuliah, atau sibuk berpikir. Entah bagian mana yang mendominasi. Ataukah semua?

Sebagai wanita tukang mikir--yang kadang suka mikir yang engga2--, mungkin kesibukan utama selama ini yaitu sibuk berpikir. Berpikir akan hal-hal yang mengapa terjadi dan mengapa tidak terjadi. Padahal, namanya juga hidup. Iyo, ndak? Padahal, sering lho saya menulis tentang ini pada postingan sebelumnya. Namanya juga hidup.

Tapi ndak tau ya, saya merasa sangaaaaatttt sibuk. Sampai-sampai, waktu untuk bersama keluarga saja hanya tersisa sedikit. Untuk keluarga saja sedikit, bisa terbayang waktu untuk sekedar me-time, kan? Yesss, hampir nihil. Buat apa aja sih waktunya? Saya pun juga sebenarnya tidak bisa mem-breakdown nya dengan jelas. Entah apa yang sedang saya lakukan dan rasakan sekarang. Hambar. Namun melelahkan. Pudar. Namun membingungkan.

Hahaha ini apa ya. Mulai deh kumat.

Hemm. Pernah nggak merasakan rasa jenuh, lelah, letih, yang sangaaaaatttt luar biasa sampai pada titik kalian ingin cuti saja dari hidup selama satu bulan? Pernah? Hahaha ini aneh, tapi rasanya sih seperti itu. Saya ingin cuti hidup :(

Usia segini ternyata lelah ya. Mungkin ini masa transisi. Mungkin rasanya seperti dahulu saya transisi dari SD beranjak remaja di SMP. Nah, ini dari remaja kemudian menjadi dewasa (mudah-mudahan sih :p). Banyak sekali pertimbangan, keraguan, ketakutan yang saya pikirkan. Kadang, sampai deg-degan sendiri, loh. Sampai nangis dan sampai ketakutan, bahkan terbawa ke dalam mimpi hahaha. Takutnya benar-benar seperti sedang dikejar anjing di perumahan. Hahahaha. Idk. Sounds lebay buuutttt gak tau deh. Rasanya ya seperti itu hahaha

Memang, saya aneh kok. Saya tau. Saya menyadari itu. Huft. Ya tapi bagaimana? Segalanya terkesan sibuk, dan membuat takut. Berbagai hal. Pekerjaan, karir, keluarga, perkuliahan, kehidupan sosial, ekonomi, ekspektasi diri di masa depan, percintaan, hubungan dengan Tuhan. Semua membuat bingung. Hmmm. Semua hal menciptakan beribu pertanyaan, yang jawabannya hanya akan didapat jika saya melakukannya. Namuuuun, sebelum bisa melakukannya, banyak hal yang saya pertimbangkan dan pikirkan. Itu yang membuat sulit.

Gundah, lelah.

Ada apa ini? Apa ini sindrom 23-sekian tahun, ataukah hanya saya yang merasakannya?

Serius deh. Capek banget rasanya. Sok sibuk padahal kalau dibreakdown ya sibuk sih tapi gak sesibuk Raffi Ahmad lah. Kenapa ya?

Semoga ke-ngga jelasan ini segera berakhir. Saya harap, sih.

Gapap kok sekarang begini. Mungkin pikirannya harus dipositifin dulu.

Gapapa kok, mungkin ini memang proses.

Gapapa. *lambai tangan ke kamera*

#edisicurhat

-AR-

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Bukan, itu bukan gambar saya. Itu adalah satu dari karya-karya murid Ayah saya. Ya, Ayah saya seorang guru lukis, sejak sebelas tahun lalu.

Naik turunnya roda kehidupan membuat warnanya beragam. Banyak yang telah Ayah saya--keluarga saya--lalui selama berpuluh tahun menjalaninya. Naik-turun, maju-terhenti, lengkap. Sampai pada akhirnya, Ayah merasa nyaman--dan tentunya penuh syukur--dengan aktivitasnya saat ini; menjadi seorang guru :)

Beruntungnya saya, kontras kehidupan pernah saya alami. Hal itu menjadi hal yang sangat berharga, belajar melihat kehidupan dari atas dengan cakupan yang lebih luas. "Jadi manusia itu harus pandai melihat kehidupan dari sudut pandang helikopter. Kita bisa clear melihat dunia, bahkan pada sisi terkecil yang kadang terlewat." Itulah yang Ayah saya selalu terapkan kepada keluarga.

Perubahan keadaan keluarga yang cukup drastis, dulu, nampaknya cukup berpengaruh terhadap situasi internal kami. Namun, Ayah selalu menerapkan ilmu syukur yang wajib dibiasakan sejak kecil terhadap semua hal yang didapat. Apapun, berapapun. Semua datangnya dari Dia, dan semua sudah menjadi kehendak-Nya. Yang pasti, semua memiliki makna untuk menjadi arahan masa depan, dan tentunya modal untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Hidup ini penuh warna, serta lapisan. Untuk menikmatinya, kita harus peka untuk bisa melihat lapis demi lapis keberkahan yang dberikan oleh Allah SWT.

Saya harus jadi lebih baik.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Buaian irama syahdu menyentuh kalbu kembali melantun hangat, lambat. Saya pun menikmati, mengamati. Perlahan sayup suaranya semakin menderu, merdu. Saya tersungkur ke dalam kekhidmatan yang dicipta.

Semakin hari lantunannya terdengar semakin garang. Namun tetap lembut. Bisa kah terpikir? Sepertinya tidak. Tapi saya merasa. Itu terasa.

Lambat-lambat saya mengikuti. Terperangkap sayup merdunya hingga lupa diri, lupa segala yang telah terbangun kuat dalam benak hati....yang sebenarnya bukan ingin saya untuk mengabaikan.

Saya masuk ke dalam buaian, saat ada hal yang sudah runtuh. Saya mencari tempat berteduh. Luluh.

Lantunannya membuat saya candu. Iramanya merdu. Saya pun termangu. Tanpa sadar, perlahan menjadi surau suara yang mengganggu.

Tak nyaman, saya pun ingin keluar. Berkelana kembali, pun mungkin mencari lagi lantunan merdu lain. Tapi.....terkunci!

Di mana kuncinya?
Saya.....terjebak kembali.

Saya pun ragu, sebenarnya mana yang benar dan harus diraba. Berdiam diri, mencoba mencari kenyamanan dan menciptakan melodi sendiri, atau menunggu sampai waktu kembali meruntuhkannya hingga saya bisa bebas mencari sumber surau suara lain?

Saya terbelenggu.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Benteng gagah menjulang setinggi yang tak mampu terjamah

Bagai panah terlontar menancap pada dinding yang basah

Tak sedikit pun terlihat ramah
Pun mungkin terjamah

Ia tak menyerah

Nafasnya terengah engah
Berlaga, tak ada sedikitpun celah

Namun ia resah

Perlahan bunga bunga merekah
Gulma tumbuh menjalar menjemput gundah

Ia pasrah

Bergegas mencari wajah untuk menjadi tempat melepas lelah
sebuah rumah

Ia gelisah

Sulit untuk merubah

Ia gegabah

Benteng sudah goyah

Ia kalah

kemudian pecah

berserak remah

payah.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

selalu ada keraguan
untuk mencapai haluan

selalu ada tanya
membuat tak berdaya

merunduk malu, pilu, kaku
tetapi rindu menggebu menyerbu

selalu ada takut
banyak hal luput

selalu sendiri
tak tau kemana lagi

tergoda, membara, binasa
tetapi hati selembut sutera

selalu ada kamu
membuatku candu

05/03/16

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
photo source: http://indonesia.style.com/

Masih ingat video promosi Line Find Alumni tahun lalu? Dalam video tersebut ditampilkan kisah lanjutan dari film hits sepanjang masa, AADC. I think it's such a greattttt idea for both!

Mungkin sudah banyak sekali web, blog, paper, ataupun thesis yang membahas tentang hal ini. Tapi rasanya dari dulu tangan saya "gatal" ingin menuliskan analisa mengenai strategi komunikasi yang dilakukan oleh Line dan AADC tersebut. Berhubung saya tidak berkuliah lagi, walhasil media yang saya pikir tepat yaitu blog pribadi. Padahal jika saya masih berkuliah, strategi komunikasi itu sudah bisa dipastikan akan menjadi salah satu topik bahasan untuk paper beberapa mata kuliah tertentu hehehe

_____________________________________________

Line Find Alumni


Line Find Alumni adalah salah satu fitur dari aplikasi Line untuk 'bertemu' dan bernostalgia kembali dengan kerabat dan sahabat semasa sekolah, dari SD sampai Universitas. Melalui analisa fungsinya tersebut, dapat dilihat bahwa target utamanya yaitu usia remaja sampai dewasa; orang-orang yang sudah lulus sekolah cukup lama, para pekerja, mungkin berusia di atas 23 tahun. Bisa dibilang mereka adalah masyarakat dekade 80-90an.

Saat pertama kali diluncurkan, sepertinya fitur Line Find Alumni tersebut belum mendapat banyak sambutan. Saat saya pertama kali menggunakannya, hanya sedikit sekali teman-teman SD sampai SMA saya dulu yang sudah tergabung di fitur anyar tersebut. Namun, Line kemudian melakukan salah satu strategi komunikasi, yang menurut saya sangat cemerlang!

Untuk merebut awareness khalayak sasaran dari fitur Line Find Alumni tersebut, Line bekerja sama dengan Miles Films, pemilik hak cipta film AADC, untuk membuat seri lanjutannya dalam bentuk mini drama. Menurut saya, Line sangat jeli dalam melihat apa yang menjadi interest sang target dan bisa menjadi suatu 'gebrakan' untuk mereka. Gebrakan tersebut dihasilkan dari "pengawinan" interest si khalayak sasaran dengan fungsi dari fitur Line Find Alumni itu sendiri, Bagi generasi 80-90an, siapa sih yang tidak tau AADC?

Pada masanya, film AADC termasuk ke dalam film fenomenal dan juga merupakan revolusi perfilman Indonesia. AADC meraih 2,2 juta penonton kala itu. Saya bisa bertaruh, hampir semua orang 90an pasti tau film itu, walaupun belum semua menontonnya.

Kejelian ini rupanya bukan hanya dari pihak Line saja, menurut saya. Pada September 2015 lalu, pasti tau dong, ya, AADC telah resmi merilis trailer untuk film AADC 2 nya yang direncanakan akan tayang pada tahun ini. Wuiiiiih! Jadi, bisa dibayangkan ya bagaimana simbiosis mutualisme dicanangkan dalam kerja sama antara keduanya?

Sampai dengan 2015, pengguna Line di Indonesia mencapai lebih dari 30 juta, dan 74% penggunanya berada pada rentang usia 25-44 tahun (dailysocial.id, 11/14). Usia tersebut menurut saya adalah penonton mayoritas dari film AADC yang ditayangkan pada 2002. Jadi berpikir, kerjasama seperti apa ya yang mereka lakukan? Siapa yang mengajak kerja sama terlebih dahulu? Dan....mungkinkah kerja sama yang dilakukan hanya dalam bentuk barter, mengingat keduanya sama-sama sangat diuntungkan? Hehehe.

Kampanye tersebut bisa dibilang sangat berhasil dan mengagumkan mengingat tingginya respon yang diberikan oleh masyarakat Indonesia. Data pada 14 November 2014 (diambil dari mix.co.id), sepekan setelah kemunculannya, Line mendapatkan >250 pemberitaan online terkait fitur barunya, AADC, Dian Sastro, reuni, dan beberapa kata kunci terkait. Film berdurasi 10 menit itu pun juga meraih penonton sebanyak 3.542.531 pada hari ke tujuh perilisnya. Beberapa kata kunci tetsebut juga menjadi sangat populer di media sosial Twitter, yang mendapat cuitan sebanyak 150.394 tweets, dan 16.000 penyebutan di Instagram pada hari ke lima. (www.jagatreview.co.id, 11/14)

Keberhasilan ini tentunya juga didukung oleh para pemain AADC itu sendiri yang berperan sebagai key opinion leader, yang turut memromosikan mini drama tersebut melalui media sosial. Miles Film, sebagai pemilik film, juga Melly Goeslaw, sebagai penyanyi original soundtrack-nya, pun melakukan hal yang sama. Jadi gak heran yah kenapa sangat berhasil :")

Pendistribusian kampanyenya juga memaksimalkan beragam platform media, mulai dari digital sampai tradisional. Mulai dari Youtube, media sosial, TVC, Radio, hingga media cetak. Semua terintegerasi dengan baik, yang menimbulkan efek viral yang luar biasa.

Sepertinya segitu aja. Niat saya menulis di sini karena kekaguman saya dengan strategi komunikasi pemasaran yang dijalankan oleh keduanya. Pandangan yang tajam mengenai siapa target, kemudian dituangkan menlalui strategi yg tepat dan sangat paham apa yang menjadi interest mereka. Tindak lanjutnya, strategi itu kemudian dieksekusi dengan sangat apik melalui film pendek berkualitas yg bisa membuat semua penonton bernostalgia. Rangganya ganteng, Cintanya cantik bgt! Siapa gitu yang gak suka Dian Sastro? Saya aja naksir berat!!!!

_____________________________________________

Belajar analisa dari kemunculan film Star Wars juga yang telah lama padam, maka saat kemunculannya, karena mereka sudah memiliki para penggemar fanatik, maka akan menimbulkan huge attention, sekalipun tanpa diminta. Atensi yang awalnya hanya ada di benak penggemar, akhirnya menular ke lingkungan sekitar melalui word-of-mouth (WOM) dan berbagai kampanye, baik online maupun offline.

Orang Indonesia itu senang sekali bernostalgia. Lihat, berapa banyak orang di sekitar kita yang galaunya super lama? Yang setiap malam teringat mantan, baca sms, atau sekedar melihat-lihat foto lama? Untuk apa? Nostalgia. Iya, itu salah satu contoh yang bisa dijadikan analogi. (Hahaha kenapa harus itu...)

Contoh lainnya, sejak beberapa tahun lalu, euphoria "Nostalgia Generasi 90an" pun sedang hype! Berapa banyak buku Generasi 90an yang terjual? Berapa banyak akun-akun Instagram yang berjualan makanan lawas ala 90an? Berapa banyak event, baik skala kecil tingkat Universitas sampai skala nasional, yang menggunakan tema 'nostalgia'? Hufffttt, lihai banget yah Line melihat opportunity  yang terbilang sangat besar serta pola customer behavior saat itu. Pasti riset dan brainstorm-nya cukup lama deh, entah idenya muncul dari pihak Linenya sendiri, atau dari agency yang menagani kampanye itu hahaha (tapi sejauh yang saya baca, they did it by themselves, from brainstorming until producing (which also was helped by Line's head quarter in South Korea), and promoting. Amazing!)

_____________________________________________

Setelah kemunculan video minidrama AADC yang membuat heboh itu (iyalah, dulu saya dapat notification-nya pas saya lagi di kantor. Semua langsung heboh, langsung pause kerjanya, demi menonton minidrama itu. Malah, kita semua jadi 'nobar' bersama manager juga hahahaha), jadi banyak sekali yang mengenang cerita masa lalu, kisah pertemanan masa SD, SMP, SMA, ataupun kuliah saat film tersebut sedang booming2nya. Banyak pula yang menanti-nanti kelanjutan film AADC, termasuk saya, karena dulu masih abu-abu apakah itu benar merupakan teaser, atau hanya salah satu strategi tunggal dari pihak Line. Dan, karena menyentuh sisi emosionalnya, akhirnya banyak dari masyarakat Indonesia mulai menggunakan fitur Lind Find Alumni tersebut! Menurut data yang saya dapat, setelah dilakukan strategi kampanye itu, pengguna fitur Line Find Alumni meningkat tajam sebesar 700% sepekan pasca peluncuran kampanyenya! (mix.co.id, Desember 2014) Wuhuuuu such a really great marcomm strategy!

Dasar wong Endonsah! Suka banget yang namanya nostalgia dan berimajinasi. Hahaha. Mungkin harapannya, mereka bisa menemukan nama-nama gebetan (hehehe) mereka saat di sekolah dulu ya melalui fitur itu. Mungkin mereka berharap bisa seperti Rangga yg menemukan kembali Cintanya :p ya seperti lagu Chrisye lah ya, 'Tiada masa paling indah, masa-masa di sekolah. Tiada kisah paling indah, kisah-kasih di sekolah'

Setuju ndaaaaak????? Saya sih setuju sekali. Masa sekolah dulu adalah masa yang paling saya rindukan saat ini (maklum, orang Indonesia juga hahaha). Andai saja bisa memutar dan menyetop waktu... (jadi baper hahaha)

Aaaand anywaaayyyy, geat work!!! I always love LINE's communication campaign!!
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
photo source: http://www.bulgarianproperties.com/

No no no, saya bukan ingin menulis review tentang salah satu buku dari Ika Natassa yang berjudul sama dengan judul postingan saya kali ini. Namun, kali ini saya akan menulis mengenai that critical eleven dalam arti yang sebenarnya.

Critical eleven.

Dalam dunia penerbangan, dikenal istilah critical eleven, sebelas menit paling kritis di dalam pesawat--tiga menit setelah take off  dan delapan menit sebelum landing--karena secara statistik, 80% kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu. It's when the aircraft is most vulnerable to any danger. Begitu kata-kata Ika Natassa pada sinopsis bukunya. Yap! That's right and it's that I will write here.

Actually I won't fully write bout this critical eleven sih, tapi sesungguhnya akan saya kaitkan dengan aspek tourism. Jadi gimana?

Siapa di sini yang suka naik pesawat? Mungkin saya akan angkat tangan paling cepat dan semangat jika ada yang bertanya demikian. Iya, saya suka sekali naik pesawat. And the most awesome moment is that critical eleven!

Mungkin banyak orang yang bahkan membenci momen critical eleven. Namun berbeda dengan saya. Saya amat sangat suka dan excited dengan momen ketika pesawat akan terbang dan mendarat! Sepertinya mata saya tidak akan pernah melepas pandangan dari pemandangan di luar jendela ketika momen 11 menit menyenangkan itu terjadi. It's awesome! (Norak ya? Atau lebay? Alay? You decide.)

Saat ini, jika ditanya alasan saya melakukan traveling salah satunya adalah agar saya naik pesawat. Hahaha sounds weird, uh? Yap, mungkin sebagian dari kalian menganggap saya aneh, atau bahkan norak haha but it's true. Momen naik pesawat, especially that awesome critical eleven, adalah salah satu alasan utama saya untuk melakukan perjalanan :))) apalagi jika saya melakukan perjalanan itu seorang diri. Saya makin suka!

Ada banyak hal yang bisa saya dapatkan dari perjalanan seorang diri itu, salah satunya adalah menambah teman. Salah duanya menambah ilmu melalui berbagai informasi menarik yang ditawarkan oleh inflight magazine. Terdengar sederhana, yah.

Saya bukannya tidak suka naik kereta. Malah suka banget karena bisa lihat pemandangan menyejukkan mata; sawah, sungai, kadang ada petani yang sedang menggembala kerbau. Lebih terasa "perjalanan"nya. Tapi, kereta tidak memiliki momen critical eleven tersebut. Itulah yang membedakan. Saya sendiri pun bingung, kenapa saya bisa sebegitu excited-nya ya? Apa karna saya suka permainan yang memacu adrenalin? Hahaha gak nyambung sih... (fyi, saya sangat suka ke Dufan dengan wahana favorit yaitu kora-kora. Hem, tapi bisa jadi ya)

Suatu hari saya berpikir, apakah ada banyak orang yang memiliki alasan traveling seperti saya, yang salah satu alasannya karena suka naik pesawat (atau moda transportasi lain)? Hahaha.

Sebenarnya, menurut saya sih, momen perjalanan itu adalah salah satu momen terpenting bagi suatu destinasi untuk melengkapi dan memengaruhi tingkat kepuasan maksimal dari suatu perjalanan seorang wisatawan. Karena, Eden (2005) menuturkan, transportasi merupakan bagian tak terpisahkan dari pariwisata. Dalam definisi sederhana, transportasi dapat diartikan sebagai perpindahan penumpang dari tempat yang satu ke tempat lainnya. Ketika dikaitkan dengan bingkai pariwisata, transportasi dapat diartikan sebagai perpindahan wisatawan dari tempat tinggalnya ke wilayah di mana produk-produk wisata ditawarkan.

Mengacu definisi di atas, bagaimana pun, momen perjalanan dan pengalaman pariwisata akan dimulai dan diakhiri dengan transportasi. Itulah sebabnya, menurut saya lagi, karema keduanya berkaitan erat, trasportasi menjadi hal yang harus diperhatikan para pengembang pariwisata untuk meng-improve tingkat kepuasan para wisatawan hahaha (analisa ngasal).

Jika atraksi sudah oke, namun perjalanan terhambat, secara tidak sadar akan memengaruhi kepuasan yang dirasakan seorang wisatawan, ya nggak sih? Tapi sekali lagi, itu hanya menurut pemikiran saya, ya..

Momen perjalanan itu sendiri bisa terdiri dari berbagai aspek, antara lain moda transportasi yang digunakan, keadaan lintasan yang dilewati, sistem dan jadwal (jika merupakan transportasi umum), serta keadaan fisik stasiun, bandara, ataupun terminalnya. Page dan Lumsdon (2004) setuju bahwa sistem transportasi dari destinasi tertentu memiliki pengaruh terhadap pengalaman pariwisata.


"It is impossible to consider tourism without transportation," ada sumber yang mengatakan seperti itu. Saya sih termasuk kelompok yang sangat setuju dengan statement di atas. Apalagi, jika pengembangan dan pembenahan aspek-aspek, seperti vehicles, infrastruktur, serta pelayanan dalam transportasi terus dilakukan. Hal tu dapat mempercepat perkembangan pariwisata di suatu daerah/negara.

Salah satu dosen saya pernah berbagi mengenai keunggulan pariwisata negara Singapura. Bisa dibilang Singapura itu negara yang sangat kecil. Namun, pemerintah di sana sangat cerdas dalam mengembangkan sektor pariwisatanya sehingga dapat menjadi daya tarik wisatawan mancanegara. Dosen saya mengatakan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan pariwisatanya adalah Changi Airport yang dimilikinya. Bisa dibilang Changi Airport termasuk salah satu Airport terbaik di dunia, loh. Menurut dosen saya sih, banyak wisatawan yang ingin kembali ke Singapura karena "pintu gerbang utama"nya tersebut, karena kelengkapan fasilitas yang dimiliki oleh bandara megah itu.

Saya juga pernah membaca salah satu artikel yang mengatakan bahwa banyak negara yang berusaha membuat "pintu gerbang utama" nya semegah dan sekompetitif mungkin, terutama bagi negara yang memiliki potensi wisata yang beragam. Kompetitif di sini bisa dideskripsikan dengan kelengkapan teknologi terbarukan which will be able to overcome the burdens of peak times and compete in the industry where tough competition exists. Hemm, seperti itu...

Jadi konklusinyaaa, (sekali lagi ini bersifat subjektif ya karena saya belum melakukan riset secara komprehensif haha), jika "tourism packages" dipersiapkan dengan baik, termasuk di dalamnya masalah transportasi, maka perkembangan wisata di suatu daerah bisa semakin baik, karena kurvanya berbandin lurus. Pendapat saya ini tentunya bisa berbeda dengan pendapat orang-orang yang memang sangat suka jenis wisata "bolang", yang tidak terlalu mementingkan moda transportasi yang dipakai haha

eh tapi.......kalau dia mau ke daerah terpencil, awalnya kan harus pakai moda transportasi dulu ya toh, gak mungkin jalan kaki? hahaha


-AR-



Source:
http://enugustatetourismboard.com/p.php?u=transportation-role-in-tourism-developme&id=48
https://www.academia.edu/2628130/The_Importance_of_Transportation_in_Tourism_Sector
http://www.ukessays.com/essays/tourism/the-impact-of-air-transport-on-tourism-tourism-essay.php


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Hi, I'm Ashila Ramadhani, and welcome to my blog. Most of my previous posts were filled with my random thoughts, poems, and life-stories, but I'm trying to make this blog more meaningful :p from now on, I will fill it with my other (useful) thougts, my life-changing-experiences, my artworks, and my traveling experiences. Enjoy it!

Get Connected

  • LinkedIn
  • Facebook
  • Pinterest
  • Instagram

Categories

  • thoughts

recent posts

INSTAGRAM

@ashilaramadhani

Blog Archive

  • ►  2025 (2)
    • ►  July (2)
  • ►  2024 (1)
    • ►  December (1)
  • ▼  2016 (10)
    • ▼  October (2)
      • Unbelievably Magical Coincidences
      • Soal Rasa
    • ►  June (2)
      • Mengintip Museum Seni Unik di Kota Sejuta Bunga
      • Gapapa
    • ►  April (2)
      • Lapis dan Warna
      • Terjebak Kembali
    • ►  March (2)
      • Payah
      • Kamu; Aku.
    • ►  February (2)
      • Recall; Line feat. AADC
      • Critical Eleven; Kepuasan Berwisata?
  • ►  2015 (21)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
  • ►  2014 (3)
    • ►  December (3)
  • ►  2013 (14)
    • ►  November (2)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (5)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  February (1)
  • ►  2011 (6)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates