• HOME
  • ABOUT
  • THOUGHTS
  • TRAVEL STORIES
  • CONTACT
Instagram LinkedIn Facebook Twitter Pinterest Tumblr

Ashila Ramadhani

Mungkin kamuflase.

Antara cinta dan benci.
Mungkin saja kamuflase.
Apa yang kamu rajut di bibir, dengan yang kau guratkan di dalam hati.

Mungkin kamuflase.

Antara tingkah laku, dengan pikiran.
Tapi untuk apa?
Mengapa bertingkah seperti bunglon, bila kadal pun bisa tetap hidup. Kalian satu spesies bukan?
Mengapa harus menjadi sotong, jika cumi-cumi saja bisa berenang bebas dan berkembang biak. Itu artinya ia tak kekurangan makan, kan?

Kamu seperti bunglon saat berlindung dari predator. Dan mungkin seperti sotong saat akan memburu mangsa.

Takdir? Keinginan diri? Atau bahkan hanya sebuah tuntutan keegoisan?

Bencimu. Cintamu.
Mungkin hanya kamuflase.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Sudah beberapa tahun terakhir cahaya itu ada. Tetap bersinar tak pernah redup, apalagi padam. Bukan inginku untuk menjaganya tetap terang benderang. Namun ego hati yang selalu membiarkannya menyala.

Ada kalanya aku pun merasa silau. Namun apa daya, aku butuh cahaya. Aku harus menjaganya tetap bersinar. Bukan keinginan, namun kebutuhan.

Ingin rasanya kuredupkan. Tapi aku belum menemukan satu pun cara yang berhasil! Selalu saja gagal. Wah, ternyata aku belum menemukan tombol yang tepat untuk meredupkan dan mematikan cahaya itu.

Silau.
Cahayanya terlalu terang.
Kadang melihatnya pun enggan.
Kadang pula, tak cukup kuasa ku untuk hanya sekedar memandang.

Ia akan terus terjaga.
Menyala.
Bercahaya.

Sampai pada akhirnya nanti aku menemukan di mana tombolnya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Dengan perlahan ku ambil selembar kertas putih. Kertas itu kudapat dari sebuah buku yang mungkin sudah lama sekali tak terjamah.
Kertas putih itu sudah tak seputih saat aku pertama kali memilikinya. Banyak ngengat yang menyukainya, ternyata. Namun tak apa. Toh masih bisa digunakan untuk menulis.

Tak berlama-lama. Kutulis sebuah surat. Untuk kertas itu. Di atas kertas itu. Kira-kira begini isinya.
Hai, sudah lama tak jumpa. Sudah lama kamu tersimpan rapat di dalam tempat yang sulit dijangkau. Tak sempatkah kau merawat diri? Tampilanmu begitu usang. Mungkin kenyataan yang membuatmu begini.
 Aku di sini, ingin mengingatmu kembali. Bahwa kau masih ada. Bahwa kau tetap berfungsi seperti kertas lainnya. Untuk menulis, memberi pesan. Aku di sini, ingin menjalankan fungsi itu lagi. Tidakkah kau keberatan?
Bagaimana harimu? Bagaimana rasamu?
Mungkin ini hanya permulaan. Untuk melanjutkan kisahku lembar demi lembar, dan menyusunnya di buku itu.
Mungkin ini hanya permulaan. Setelah sekian lama ku tutup rapat dan kusimpan buku itu.
 Kini kucoba memulainya. Membuka halaman berikutnya. Melihat kertas-kertas yang mulai usang. Dan mencoba merangkai kata demi kata.
Mungkin sekarang baru ini yang bisa kutulis. Karna ini baru permulaan. Aku pikir, ini awal mula yang hebat. Terlalu berani, namun harus begitu. Karna kalau tidak, kapan lagi?
 Mungkin ini hanyalah beberapa bait pendahuluan. Dan mungkin akan terus bermunculan bab demi bab baru. Mungkin. Ya, mungkin. Aku hanya berharap itu bisa terwujud.
Tapi yang pasti, saat ini sudah kuberanikan diri. Mencari buku itu, membukanya, membalik halaman berikutnya, dan menemukanmu. Lalu dengan leluasa aku membuat goresan tinta di sini. Di atas kamu.
Semoga semua selalu berjalan baik-baik saja.
Semoga semua berjalan dengan semestinya.
Dan semoga..... Awal mula ini akan terus berjalan secara kontinyu dan tak semu.
p.s: Jangan merindukanku yang mungkin akan lama tak menjamahmu. Aku sedang dalam tahap mencari padanan kata yang tepat untuk kutuliskan diatas kamu. 
Kira-kira begitu surat yang aku tulis di atas kertas itu.

Semoga :)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Kukirim berjuta puisi untukmu. Dalam sekejap pun aku telah berubah menjadi pujangga kawakan.
Menertawakan kisah pilu dalam bentuk kata-kata cinta. Mungkin maksudnya hanya untuk menutupi, berbagai nuansa hitam yang selalu menghampiri.

Aku takut.

Dalam kesendirian malam.
Dalam doa yang kupanjatkan.
Dalam sikap yang kulakukan.
Dalam liku yang kutempuh.
Dalam aturan dunia yang tak dapat diubah.

Bagaimana kelak?
Siapa gerangan?
Apa situasinya?
Di mana lokasinya?
Dan..... Kapan itu berlangsung?

Berputar. Selalu terpikir.
Tidakkah aku lelah?

Ketakutan munafik.
Kenaifan diri,
akan hal-hal indah yang sedang menantiku di ujung terowongan.

Ketakutan.....
Satu hal menakutkan yang takut untuk ditakutkan.

Ketakutan.....
Akan hal itu.

Hal itu.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Sering saya terpikir, siapa kamu?
Siapa kamu yang akan mendampingi saya?
Siapa kamu yang akan menemani saya?
Siapa kamu yang kan hidup bersama dengan saya, terus bernaung dan selalu berbagi dengan saya?
Siapa kamu yang akan saya lihat setiap pagi saat saya membuka mata?
Siapa kamu yang kelak akan saya panggil ayah?
Siapa kamu yang kelak akan mencium kening saya dan keningnya--anak kita-- sebelum pergi bekerja?
Siapa kamu yang akan mencintai dan dicintai oleh saya sampai pada saatnya saya harus meninggalkan dunia ini?

Siapa kamu. Di mana kamu.

Belum kuasa saya membayangkan tentang kamu.
Kamu yang kelak akan menjadi sebagian dari jiwa saya. Kamu yang kelak akan mengimami saya.

Belum kuasa saya membayangkan bagaimana bisa saya selalu hidup bersama denganmu.
Berdampingan, beriringan, berjalan bersama-sama.

Siapa kamu. Di mana kamu. Sedang apa dirimu.

Bagaimana sosokmu, perangaimu, sikapmu, kepribadianmu.
Kadang saya merasa takut.
Membayangkan sesuatu yang akan terus ada selama sisa hidup saya.
Kadang saya takut. Baik saya dan kamu, akan gagal membinanya.
Kadang saya takut, kalau pada akhirnya, 'rasa ini' akan tetap, terus, dan selalu ada.
Saya takut mengecewakanmu...

Mungkin saat ini saya masih belum bisa membayangkan, terutama meyakinkan diri saya akan 'tahap' itu.
Bersama sosok pengganti ayah. Bersama sosok pemikul tanggung jawab. Bersama sosok--yang kata orang--belahan jiwa.

Siapa kamu. Di mana kamu.
Saya yakin suatu hari nanti saya akan menantimu.
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Ada kala dimana tidak ada yang bisa mengerti
Ada masa dimana tidak ada apapun yang bisa memahami

Terbelenggu pikiran pribadi yang tak kunjung menemukan kebenaran atau kesalahan yang sebenarnya sedang terjadi.
Aku, kamu, dia, nyata.
Namun raga seolah tak berperasa.
Semua semu. Hilang begitu saja.

Mungkin memang benar, saya yang salah.
Mungkin memang benar, saya yang sedang hilang kesadaran.

Mungkin hanya karena benci. Benci yang meredupkan tawa. Benci yang menghapus canda.

Kebencian atas pikiran pribadi. Kebencian atas ketakutan akan rasa kehilangan.

Tak ada yang harus dipersalahkan.
Mungkin hanya sedang bergeser sedikit dari garis normal.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Sometimes, it's better to left it unsaid....
Ada kalanya sesuatu itu tak harus diungkapkan. Mungkin yang terbaik hanya diam, membiarkan semua berjalan baik-baik saja.

Lebih baik diam daripada menghancurkan
Lebih baik dipendam daripada membuatnya tak lagi sempurna.

Sebenarnya saya juga bingung, tak mengerti. Apa yang saya rasakan? Ini apa? Mengapa begini?
Saya pun tak menginginkan hal ini. Hati hanya menerka, sebenarnya apa alasannya?
Gejolak kenyataan, perasaan, dan logika tak bersatu padu. Berpencar. Memilih jalannya masing-masing.

Saya tak mengerti. Antara egoisme dan afeksi yang berlebih. Antara tak dewasa, dan tak ingin berjauhan. Mana yang paling kuat? Sulit untuk menekan semua rasa. Saya merasa jahat.

Saya tak ingin merasa sepi.
Saya tak ingin merasa sendiri.
Saya ingin............. ditemani.
Tanpa ada yang menjadi juara. Tanpa ada yang menempati posisi yang lebih tinggi.

Entah apa yang di rasa. Terlalu peduli atau kah sangat berempati? Mungkin seperti menemukan hunian baru. Dapat menjadi tempat kedua. Atau sekedar berlindung dari hunian pertama yang kadang kala.....tak bersua?


Saya menemukannya.
Tambatan hati. Tempat mencurahkan segala emosi. Namun mungkin terlalu berlebih. Ya, sesuatu yang berlebih tak akan berakhir baik. Begitu kata orang.


Sometimes, it's better to left it unsaid....

Membiarkan diri berpikir murni. Menemukan rangkaian solusi.
Biarkan ku menyendiri. Meredam segala rasa dan asa yang tak terdefinisi.


Semua akan baik-baik saja...... 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Pernahkah kamu merasa sendiri di tengah kerumunan orang? Mungkin terlihat klise dan terlalu dramatis. Awalnya saya juga tak pernah terpikir akan merasa seperti itu. Namun sekarang sepertinya saya sedang merasakan tanda-tandanya.

Entah ini hanya pikiran subjektif saya, atau memang kenyataannya seperti ini. Entah ini hanya perasaan-yang-terlalu-perasa saya, atau memang benar-benar sedang terjadi.


Saya merasa semua berjalan berbalik arah. Saya melihat semuanya membelakangi saya. Saya melihat banyak tawa, namun maya. Saya melihat banyak canda, namun tak terdengar. Saya merasakan banyak kata, but it's not around me. Seolah terdapat di luar "pembatas" yang tak terlihat.


Entah ini imaji atau fakta. Entah rasa atau logika.


Semua berkeliaran. Terpikir, dan kemudian.....semua hening. Saya bingung.

Keluarga? Ada. Sahabat? Tentu ada. Teman? Banyak. Tampak, namun tak terjamah. Hanya seperti foto yang menghias dinding. Hanya seperti mimpi yang tiap malam menghampiri.

Mereka dimana?

Saya mencari. Ah, ketemu! Namun kemudian pergi.
Saya menelusuri. Wah, ada! Namun kemudian hilang.
Saya tak merasa semua ada.
Maya.

Lalu, harus bagaimana?
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Ini hanya tinggal perihal waktu.

Pelan-pelan semua akan baik-baik saja. Pelan-pelan semua akan berjalan semestinya. Setidaknya itu yang saya harapkan.

Entah nanti akan bagaimana, pikiran visioner sangatlah diperlukan. Untuk masa depan. Untuk perkembangan. Mungkin saat ini terpikir bahwa hal itu belum waktunya untuk dipikirkan, tapi itu sebenarnya penting.

Saya melakukan ini semua, karna saya sudah memiliki agenda. Apa yang akan saya lakukan di jangka pendek dan jangka panjang. Siapa yang akan saya bahagiakan. Hal apa yang harus saya kerjakan. Tentunya wajib dilakukan dengan keikhlasan dan rasa senang, seperti Ayah selalu berkata :)

Banyak sekali tujuan. Salah satunya untukmu, yang menjadi amanah Ilahi, untuk saya balas semua jasa-jasanya selama ini. Kau menunggu. Kau menanti. Waktunya tak banyak! Saya harus bergegas dan berusaha keras, mewujudkan dan menjalankan semua agenda itu. Membahagiakanmu. Menenangkanmu di hari tua. Dan tak menyisakan sedikit pun penyesalan karena telah diberi amanah untuk membimbing saya sampai kau tiada.

Semua ini kulakukan untukmu, yah, mah. Doakan saya selalu. Iringi setiap langkah yang saya tempuh dengan penuh optimisme.

Ini hanya tinggal perihal waktu.

Saya akan membahagiakanmu. Mewujudkan segala keinginan. Mematuhi segala kewajiban.
Berikan waktu yang panjang dan keberkahan, Tuhan. Agar bisa saya kabulkan......
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Beban-beban yang tertahan
Sebuah air mata yang tak terbendung

Semua bersatu padu. Tak dapat kuelakkan. Lalu aku harus apa?
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Seluruh beban menyeringai memenuhi segala kalbu. Berlomba untuk mendapatkan perhatian untuk dipikirkan. Berebut masuk ke dalam ingatan. Agar dapat terselesaikan.
Namun memoriku terbatas jangkauannya. Ada kalanya tak cukup lagi untuk menampung segala yang ingin diraba. Merubahnya menjadi elastis, kemudian meledak.

Maksud hati ingin mengatur semua. Maksud hati ingin menyelesaikan segala lara. Tapi apa daya. Kemampuan manusia tak sehebat itu. Aku juga bisa kalah.

Aku merasa kalah. Dkalahkan oleh semua beban yang seolah melambaikan tangan tersenyum hina. Aku harus apa?

Aku meminta agar semua diberi keteraturan. Berurutan masuk satu persatu untuk diselesaikan. Agar semua tuntas. Agar semua selesai dengan sempurna. Namun mereka enggan. Berkumpul membentuk koloni seolah-seolah akan menghadapi suatu musuh besar. Nyatanya? Mereka salah.

Maksud hati ingin memperbaiki diri. Maksud hati ingin meredam segala emosi. Tapi apa daya. Segala  rasa menyeruak hingga akhirnya keluar tak terbendung bak air tanggul yang tumpah membanjiri kota.

Aku tak kuasa.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
"Di sekolah, kita belajar untuk ujian. Namun di dalam hidup, kita ujian untuk belajar."

Ada pepatah yang mengatakan seperti itu. Dan ya, memang benar.

Di dalam hidup, Tuhan memberi kita suatu peristiwa yang harus kita hadapi. Baik atau buruk, itu kehendakNya. Kita hanya berada dalam suatu 'permainan' dan harus tunduk kepada Sang Penggerak.
Setiap hal diberikan untuk menjadi suatu pembelajaran. Rangkaian peristiwa diibaratkan sebagai buku. Dari buku itu, kita bisa belajar, ilmu bertambah, dan bertambah pintar untuk menghadapi 'ujian-ujian' berikutnya.

Tidak semua orang pintar. Tidak semua orang mendapatkan nilai A. Tidak semua orang rajin belajar.

Begitu juga di dunia. Tidak semua manusia pintar mengambil dan menyerap 'ilmu' dari 'buku' yang diberikan Tuhan. Banyak yang mengeluh, tanpa berusaha memahami kata demi kata, bab demi bab.
Sebenarnya, setiap kata mengandung makna, jika ia mau memahami. Sebenarnya, setiap bab mengandung ribuan ilmu, jika ia mau membuka hati.

Namun itulah manusia. Terlalu buta dan malas untuk mengembangkan pikirannya dan mengasah kecerdasannya. Hanya mengikuti aliran, tanpa pernah mengambil hikmah dari setiap urusan.

#####

Sebagai manusia, saya pun memiliki buku panduan pribadi. Diberikan secara bertahap. Mungkin sekarang baru seperempatnya.

Dari seperempat buku itu, kadang saya merasa, "seperempat aja udah begini, gimana full".
Banyak sekali hal yang belum saya pahami. Banyak sekali kata yang belum bisa saya jabarkan. Apa maksudnya, mengapa begini, mengapa begitu.
Namun sebagai manusia, saya wajib mencari tau tentang itu semua.

Manusia yang baik di mata Tuhan adalah manusia yang bisa memahami setiap kata, mengerti setiap bab, dan menjadikannya 'materi' untuk ujian ujian berikutnya.

Semoga saya termasuk dalam golongan itu.
Semoga saya bisa terus mendekatkan diri agar bisa terus belajar dan menjadi lebih baik.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Jadi begini, selama gue idup dan berkuliah, kadang muncul pertanyaan-pertanyaan yang kalo kata Nafira "itu pertanyaan yang seharusnya gak ditanyain, karna emang udah begitu adanya". Pertanyaan yang "kata" orang terlalu filosofis. Mungkin? Entahlah.

Pointless question itu bakal semakin sering muncul di saat gue dapet asupan-asupan materi baru dari dosen. Terutama dosen yang gue suka haha mungkin karna gue type of person yang suka banget tanya, sangat memikirkan detail, dan kata nafira kritis (Aamiin), yaa, muncullah berbagai pertanyaan itu.

Salah satunya pertanyaan gue pada saat mata kuliah Sosiologi Komunikasi. Belajar tentang media, sifat dan karakter seseorang. Pengaruh media dan lingkungan terhadap karakter setiap orang. Muncul lah satu pertanyaan mengenai........gen.


"Apa gen berpengaruh dalam karakter manusia? Apa buktinya? Seberapa besar? Dan kenapa bisa?"


Pertanyaan itu pernah gue tanyakan ke dosen gue, namun, gue belum cukup puas dengan jawaban yang diberikan. Lagi-lagi karna gue tipikal orang yang menyukai hal-hal yang mendetail. Tapi, ya biarkan sajalah. Berhubung waktu itu udah di akhir pelakaran dan waktunya udah abis, jadi gak gue perpanjang.

Lalu, tadi, barusan, karena gue terpikir satu hal mengenai salah seorang temen gue di Univ lain, gue menanyakan hasil observasi dan analisa kecil-kecilan gue ke temen gue yang selalu bisa menjawab setiap pertanyaan pointless gue. Dia itu Nafira. Salah seorang bestfriend yang amat cerdas, filsafat abis, dan punya passion di bidang politik. Namun dia pintar di segala bidang. *tepuktangan* *ciumnafira*

Jadi gue mempertanyakan satu hal simpel.


"Apakah lingkungan Universitas itu mempengaruhi cara perpikir, berperilaku, dan sifat seseorang? Segitu besar impact nya kah sehingga bisa membuat sedikit-demi sedikit sifat yang dulu tertanam pudar?"


Karna, setelah gue ketemu lagi sama salah seorang temen gue, obrolannya jadi beda. Ada yang membedakanlah. Cara pandang, gaya bicara, sikap, perilaku. Gue mempertanyakan, gue yang gak asik lagi, atau dia...gue yg berubah atau dia.... Apa sebabnya...? Mungkin itu backgroundnya.

Percakapanpun terjadi. Dan gue menemukan jawabannya. Mungkin bukan jawaban ilmiah. Tapi jawaban itu didasari oleh ilmu-ilmu pengetahuan yang udah merka dapatkan 19 tahun mereka hidup.

Tapi kemudian, pernyataan dan jawaban bestfriend gue itu semakin luas, sehingga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru. Hingga akhirnya, muncullah pertanyaan yang dulu sempat gue tanyakan ke dosen gue...


"How gen can impact someone's personality? Yang gue percayai, gen berpengaruh banyak. Bukan lingkungan. Tapi, penjelasan ilmiahnya, gen cuma berpengaruh sedikit. Tapi, kenapa banyak orang yang dibilang "cetakan" ibu/bapak nya dalam hal sifat. Termasuk gue. Sifat gue sama bgt kayak nyokap. Padahal beda lingkungan. Kemudian, sifat kakak gue bisa sama kayak bokap juga padahal beda generasi. Dan, sifat gue dan kakak gue sungguh bertolak belakang padahal dibesarkan di lingkungan keluarga yang sama. See? Gue bingung. Dan harus terjawab. Haha. Jadi sebenarnya bagaimana?"


Dan pertanyaan gue itu pun terjawab. Walaupun dengan jawaban subjektif dari Nafira sendiri. Tapi itu sudah cukup mewakili keingintahuan gue selama ini.

Dan beginilah jawabannya....... hahaha

(mohon maaf jikalau terdapat suatu hal yang sarkastik atau tidak penting. Ini gue copy-chat dari grup chat gue di facebok hahaha by the way, gue punya grup chat di facebook yang hi-quality loh! wkwkwkwk)



analisa dan observasi gue, tempat kuliah atau sekolah nentuin karakter. Ya gak?
ya gak sih?


Apaaaaaaaaa? Bahaaass laaaah...


tuh org jadi gimana. cara ngomong, cara berpikir, cara bertindak.
jadi alay apa engga
iya gak sihh
nih misal pas sma dia mayan kece gitu. ya normally kayak anak2 biasanya. tp pas kuliah jd galay. itu ngaruh gak?

Seperti yg para motivator blng.. Entah itu rene, iwan, sampe pengarang buku yg pak bemby kasih.... Circle tuh menentukan. Bkn berarti milih2 temen. Tp nyaring temen.

berati aku udah masuk ke dalam tahap filtrasi buat jadi temen kamu dong naf jadi malu


shil
naf


walaupun lingkup circlenya besar (se-universitas), tetep ngaruh bgt?


liat ini aja deh mendingan haha


ih ngerti maksut gue gak?

http://www.facebook.com/photo.php?fbid=438331716233415&set=a.132697303463526.23915.130462320353691&type=1&relevant_count=1&ref=nf





sama ini
http://www.facebook.com/photo.php?fbid=548980391786985&set=a.196670590351302.50082.178011722217189&type=1&relevant_count=1&ref=nf








Kenapa han?
Gue gk dr laptop. Bb nya gk pake browser...... -_____-


hahaha yg kedua pernah dengerrr

hahaha
biarkan nafira penasaran hehehe

yg pertama "a true friend is someone who never gets tired of listening to your pointless dramas over and over again"
eh yg tadi belom kelaaarrr
pertanyaan2 pointless gue
haha


najong lu shil

Budaya shil. UI punya budaya... Yg bkin.. "Oohh shilla, anak UI kn dia .. Pantes bla bla bla" tiap lingkup pasti budaya nya beda2. Cth kecil, kita bikun, *nuut* angkot.....

iya shil, ngaruh itu
hahahaa
matkul pak pujat nih
kenapa orang di perusahaan lebih dahuluin pelamar dari univ tertentu
ya karna mereka udah tau budaya yang dihasilkan dan dibawa seperti apa


Yg kedua shil..


yg kedua "a man BIGGEST mistake is giving another man an opportunity to make his woman smile"

yang kedua: a man biggest mistake is giving another man an opportunity to make his women smile
hahahaha


jadi karna budaya itulah yg menentukan karakter orang itu nantinya?

telat dan pending euy
ehee secara ga langsung sih bakal ke bawa
contoh nenek gua yang udah bertahun2 di indonesia
tetep aja budaya jepangnya masih melekat

soalnya, gue found out, pas gue ngobrol sama temen gue yg udh lama gak ketemu, dan dia kuliah di univ X, obrolannya beda. Gue bingung, gue nya yg berubah, atau dianya yg berubah. gue yg gak asik lagi, atau mungkin dia


eeeaaa

Menurut gue sih... Gen atau apalah itu, cuma sedikit berpengaruh.... Tapi lingkungan, besaaaaar pengaruhnya kekehidupan seseorang


pencarian jati diri nih kayaknya hahha

tapi gue sama kakak gue ada di keluarga yg sama, tapi sifatnya bisa "cetakan" bokap gue bgt, sama "cetakan" emak gue bgt
kaga, riset kecil2an haha
temen gua banyak yg jadi anyep
wkwk

ya lo kan berdua ada di lingkungan yang sama
coba nenek gua suruh balik ke jepang
ketemu sama sodara2 yang lain
pasti tetep ada yang beda
jadinya

iya, maksutnya, sifat gue sm kakak gue bertolak belakang bgt sama kakak gue. tapi sifat gue sama kayak nyokap, dan sifat kakak gue sama kayak bokap.
gmn tuh?

Gue juga ngerasain kali shil. Bedalah ya. Ngobrol sm org akuntan.... Becandaan. Pandangan. Sampeee gaya hidup. Apa yg mau disamain dr jurnal pembukuan sama hubungan antar pribadi? Apa yg mau dibecandain sm org yg sibuk koding dengan angka, sdgkn gue sibuk ngurusin citra? Tp disitulah... Akan keliatan. Passion kita kemana... Siapa circle kita.... Its not about friendship, this is about you and your impact for my life and my future

huwwwooowowww


WOOOOWWWWWW


*terdengar curhat sepertinya bung
hai bung bung,

wkwkwk


pengen
udah yaaa gua
pengen bobo
biar ga jadi
hahahaha

tapi ada juga, yg walaupun beda jurusan, tp se-ui, tetep sama. tapi, yg sama jurusan, sama2 ngurusin citra, tp di univ lain, beda obrolan. dan kebiasaannya pun berubah

selamat bersenang senaaaanggg
besok sms yaaa kalo mau ketemu atau gimana nya
takut ga ol
daaaa

Kentang nih hana -____-
Sbnrnya menjalin hubungan itu.. Entah pacaran atau temenan. Hrs sm visi misi shil. Mau elu beda segimana jg, tp kl emg visi misi lo ttg hidup sm... Yaah sama. Tp kl beda. Walaupun satu jurusan, dia s1 elu d3.. Tp gk se visi misi. Yaudah beda.

sebenernya yg gue tanya cuma sebatas cara berbicara, dan bersikap sehari2. belum sejauh itu ._. hehehe
yg ini sepertinya agak jahat wkwk "Its not about friendship, this is about you and your impact for my life and my future"
berati 'temenan sama siapa aja' gak berlaku dong?
we just take the profit of being someone's friend?

Hahahaha kebablasan ya. Sorry ya hari ini emg gue skip bgt. Hehehehe maap maap aja yak!

kalau cuma buat "ngobrol", "jalan2", apa iya se protektif itu naf? hehehe


Kata2 gue yg mana yg menyiratkan protektif shil?


this is about you and your impact for my life and my future


Hahaha


kok ketawa doang ._.


Bacanya dr ini nih.." Siapa circle kita.... Its not about bla bla bla" krn mnrt gue akhirnya kita "hidup" ya sm circle kita. Bkn sm temen maen atau tmn ngeband misalnya itu... Tp sm org yg pd akhirnya kita tau, dia bkn sekedar tmn, tapiii... Dia itu org yg impactnya bisa mempengaruhi saya dan masa depan saya.

oooh. that called "real friens" ya like Hana said
iya?
bersahabat mungkin ya yg lo maksud.
tapi teman pun tetap sama siapa aja
iya?
tapi pertanyaan gue sebenernya udh kejawab drtd wkwkwk ternyata univ menentukan cara berbicara, pemikiran, dan prilaku org. bisa merubah sifat dan sikap yg sebelumnya udh ada.
beruntunglah gue masik ke univ yg bisa nuntun utk jadi visioner
mgkn univ lain jg gitu. tapi, entahlah. haha
ada beberapa temen yg obrolannya sungguh sangat berbeda. mgkn kalo gue gak dididik di sini, gue gak bakal bilang "apaansiiih " ke perilaku yg org itu lakuin. krn gue dididik di sini, jd dapet ilmu bahwa yg dia lakuin itu "apaansih". tp itu subjektivitas kan ya? belum tentu bener. persepsi pribadi.

Yah emg gitu shil. Temen mah sm siapa aja, ibaratnya dr anak konglomerat sampe anak pemulung, dari yg ipk cum laude sm dropout kuliah... Tp hrs tau.... Siapa yg pantes dijadiin "circle".... Bkn karena status dll, tp krn "dampaknya dia" bagi hidup kita. Daaan... Akhirnya, itu semua cuma opini gue lho ya shil hehehehe serius amat deh ih. Skip bgt gue ya wkwkwkwk

DO


Ah elah.. Kata2 dropout ajee.... Langsung nyambung frekwensinya. Untung gue gk blng alcoholic *eeehhhhh* wkwkwkwkwk

wkwkwkkwkwkwkw
btw makasyi
haha
tp gue msh bingung ttp hubungan gen dgn karakter
berpengaruh bgt atau berpengaruhnya dikit
someone please tell me haha
Ternyata circle artinya lebih dalem dr yg gua pikirin ya haha

Hrs bgt biologi shil huufft.. Hm gen itu kn pembawa sifat. Dan itu biologis. Tp pd akhirnya... Faktor biologis itu berdampak sama sifat kita. Cth: ibu gue misalnya punya adrenalin yg tinggi, nah gue jg kebawa, nah gara2 itu sering deg2an dan bla bla, dan itu pengaruh jg akhirnya ke tindakan gue, mungkin emosinya
Kl mnrt gue temen itu bisa keliatan skrg, dia kawan atau lawan. Tp siapa circle kita yg sbnrnya... Nanti diakhir. Begitu jg jodoh. *eeeehhh*wkwkwk

ujung-ujungnyeeeeeeeeeeeeeeee jodoh
lelah hidup gue
selelah hati gue
wkwkwkwk
trus, pengaruh lingkungan?
gimana?
contohnya msh di anak yg punya adrenalin tinggi itu ya
haha

Org2 tuh sukanya justifikasi shil. Jdnya ya di mirip2in. Misal, lo sbnrnya beda sm ibu lo, tp ya buat alesan akn suatu hal, pasti ada aja, "shilla mirip bgt yah sama ibunya, dia gini lho bla bla bla"


tapi kalo sesungguhnya emang begitu?

Sifat tuh gak bisa boong shil. Like son like father. Ibaratnya tuh internal memory itu yah gen. External memory di hp itu lingkungan. Mau internal memorynya dikit kek, elu bisa pake external yg gede. Tp kl emg dasarnya lemot ya lemot kan. Tp balik lg gak ada yg gk bisa diubah, tinggal di root aja memorynya. Semua tergantung diri lo. Bukan gen atau lingkungan. Qs Ar rad ayat berapa gue lupa

AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
Nafira :')
Ar-rad itu ttg apa?

Eeeehhh.... Kenapa shil? Kebablasan lg yah gue? Aduuuuuh sorryyy emg lg skip bgt hari iniii.. Liat aja deh,chat gue aja panjang2, bertele tele yaa? Maap ya.. Aduuuh..

ih engga, malah makasih bgt
hahahahhaa
gua butuh orang kayak elu! wqwqwq
menjawab setiap pertanyaan gak penting gua dgn enak hahahahahahahha
makasi naff:*
lebay lu

Allah tidak akan mengubah suatu kaum yg tidak merubah dirinya. Arti harfiahnya, kita gak akan berubah dan gak akan jg diubah olehNya, kl kita gak merubah diri kan? Bukan ttg gen dan lingkungan dong? Tp ttg diri kita sendiri kan ya shil? Maaap gue jg kurang yakin sm kesimpulan gue. Maap bkn bermaksud sok agamis yeee wkwkwkwk

GUE BAKAL TULIS BAHASAN INI DI BLOG
wkwkwkwkwk
naf :')
kenapa sih
hahahaha
kenapa lo pinter
</3


Apasih ._. Jd malu :$ wkwkwkw


wkwk tidur naf

10:43am
Iye.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Hi, I'm Ashila Ramadhani, and welcome to my blog. Most of my previous posts were filled with my random thoughts, poems, and life-stories, but I'm trying to make this blog more meaningful :p from now on, I will fill it with my other (useful) thougts, my life-changing-experiences, my artworks, and my traveling experiences. Enjoy it!

Get Connected

  • LinkedIn
  • Facebook
  • Pinterest
  • Instagram

Categories

  • thoughts

recent posts

INSTAGRAM

@ashilaramadhani

Blog Archive

  • ►  2025 (2)
    • ►  July (2)
  • ►  2024 (1)
    • ►  December (1)
  • ►  2016 (10)
    • ►  October (2)
    • ►  June (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (2)
    • ►  February (2)
  • ►  2015 (21)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
  • ►  2014 (3)
    • ►  December (3)
  • ▼  2013 (14)
    • ▼  November (2)
      • Mungkin Kamuflase
      • Cahaya
    • ►  June (1)
      • Bait Untuk Kertas yang Mulai Usang.
    • ►  May (1)
      • 12 Juni 2013. Ketakutan.
    • ►  April (2)
      • Siapa kamu. Di mana kamu.
      • Mungkin.
    • ►  March (3)
      • It's better to left it unsaid
      • Dimana, Bagaimana.
      • Hanya Waktu
    • ►  February (3)
      • Harus apa?
      • Tak Kuasa.
      • Belajar
    • ►  January (2)
      • Pointless Question
  • ►  2012 (5)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  February (1)
  • ►  2011 (6)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates