• HOME
  • ABOUT
  • THOUGHTS
  • TRAVEL STORIES
  • CONTACT
Instagram LinkedIn Facebook Twitter Pinterest Tumblr

Ashila Ramadhani


Last month there was something happen to me and my cat. Yes, I bet you didn't expect that I would write about cat, because the title is so so scientific, I thought :p

Singkat cerita, bulan lalu Ayah saya memutuskan untuk membuang kucing saya, namanya Mumun, beserta ketiga anaknya ke pemukiman padat penduduk yang cukup jauh dari rumah.

Dua bulan yang lalu, Mumun melahirkan 3 anak kucing yang sebenarnya lucu-lucu. Lumayan lah untuk mainan di rumah, terutama untuk Ayah yang memang penyayang kitten. Tapi, namanya juga kitten, awalnya sih gemes ya, tapi lama kelamaan, banyak masalahnya juga karena memang belum bisa diajarkan "mapan" di usia yang masih sekitar satu bulan. Berbeda dengan induknya yang sudah mapan dalam hal buang air (iya, gak pernah di rumah, entah di mana dan kapan. Gak terdeteksi), ketiga anaknya masih belum bisa mengikuti jejak induknya tersebut.

Waktu Ayah saya WhatsApp dan mengabari bahwa Mumun sudah berhasil dibuang, ya sedih juga sih rasanya. Gimana juga namanya kucing itu lucu, gemes, dan benar-benar bisa menjadi "teman", apalagi kalau sedang sendiri di rumah. Kadang saya juga sering mengajak kucing saya berbicara, bercerita (curhat gitu deh.....), dan bercanda haha orang lain yang gak paham pasti akan berpikir bahwa saya gila hahaha

Tapi yasudah, akhirnya saya ikhlas, karena memang sebelumnya sudah cukup sering Ayah membuang kucing peliharaan bersama dengan anaknya. Namun, keesokan harinya.....tiba-tiba Mumun kembali!!! Hanya dalam waktu kurang dari satu hari dan dengan jarak yang saya rasa cukup jauh!

Sebelumnya, beberapa tahun lalu ketika saya masih SD, kucing saya bernama Ling-Ling juga pernah kembali lagi ke rumah setelah dibuang di tempat yang hampir sama. Namun waktu kembalinya sekitar 3-4 hari setelahnya. Beberapa kucing lainnya bahkan tidak bisa kembali haha lalu saya amaze, "Si Mumun cepet banget pulangnya... :')"

Awalnya saya sering berpikir bahwa Mumun ataupun Ling-Ling menggunakan beberapa alat indera-nya, seperti penciuman dan pendengaran, untuk menunjukkan jalan pulang. Namun sepertinya tidak mungkin yah jika hanya dari penciuman atau pendengaran saja karena jaraknya cukup jauh. Lalu, setelah saya mencoba Googling, waw!! Ternyata ada ilmu ilmiah yang menjelaskan hal ini!

lost cat

Mungkin sebelumnya sudah banyak yang pernah mendengar cerita tentang hewan peliharaan yang kembali lagi ke rumah setelah dibuang atau terpisah. Nah, menurut situs hubpages.com, kemampuan hewan, di sini spesifik kepada seekor kucing, untuk kembali lagi ke "rumah"nya--selain menggunakan ke lima inderanya--, disebut dengan Homing Instinct. Namun ada yang menjelaskan lagi bahwa kemampuan ini disebut dengan Psi-Trailing yang berkaitan dengan kemampuan deteksi geomagnetik yang dimiliki oleh seekor kucing, juga didasarkan pada strong emotional connection antara si kucing dengan majikannya. Namun ada lagi yang menyebutkan bahwa Psi-Trailing itu salah satu bagian dari Homing Instinct. Hahaha pusing yah.


"The ability of a cat to find its way home is called "psi-traveling." Experts think cats either use the angle of the sunlight to find their way or those cats have magnetized cells in their brains that act as compasses."

Saya amat tertarik untuk menjelajah lebih jauh mengenai kemampuan deteksi geomagnetik yang dimiliki oleh seekor kucing, dan beginilah penjelasan yang berhasil saya dapatkan:

Psi Traveling/Psi Trailing

walking red catSalah satu pakar yang menjelaskan tentang ilmu Psi-Trailing ini adalah Profesor Dr. Joseph Rhine, dari Duke University. Ketika Profesor Rhine melakukan studi, ia menemukan 54 kasus hewan yang telah melakukan perjalanan dengan jarak yang luar biasa untuk kembali kepada orang atau keluarga yang telah melekat (mungkin) di dalam hati mereka (walaupun saya tau kucing dan hewan lainnya tidak memiliki perasaan...)

Menurut Profesor Rhine, Psi-Trailing bisa didefinisikan sebagai hubungan emosional yang kuat antara hewan peliharaan dengan pemiliknya, tempat, atau pun hewan peliharaan lain. Mungkin bisa disebut dengan cinta, namun semua itu perihal "satu hubungan" (yang saya sebenarnya masih bingung hahaha) yang kuat yang membuat sang hewan peliharaan mampu menavigasi keberadaan pemiliknya. Namun, sebenanrnya hal itu masih belum sepenuhnya dipahami dan teruji kebenarannya.

Profesor Rhine menggambarkan bagaimana beberapa hewan peliharaan dapat menemukan pemilik mereka kembali ketika mereka "dibuang" ataupun "tertinggal." Terdapat sense, yang sebelumnya telah terbentuk melalui emotional connection dan ritme yang teratur antara hewan peliharaan dengan pemiliknya, yang membantu hewan tersebut menemukan "jalan pulang," melewati tempat dan wilayah yang tak pernah dilalui sebelumnya.

"Because of a special rhythm some pets share with us or another animal, when separated by distance, the pet feels an imbalance. As they get closer to the person, pet or home, the imbalance begins to stabilize." -Linda Cole

Berdasarkan quote di atas (benar atau tidaknya masih bingung sih...), hewan peliharaan, dalam hal ini kucing, memiliki suatu sense di mana jika ia terpisah dari majikannya, ia akan merasa "imbalance" (gak paham juga imbalancenya seperti apa, saya bukan kucing). Dan ketika ia sudah mendekati sang majikan, maka sense "imbalance" tersebut perlahan menjadi stabil. Waw, menarik!

Earth Magnetic's Field

Hewan memiliki kompas internal yang sensitif terhadap medan magnet bumi. Hewan peliharaan yang hilang untuk jarak pendek biasanya dapat menemukan jalan kembali ke rumah. Tapi peluang untuk menemukan rumah menjadi lebih kecil jika jaraknya semakin jauh, yaitu jika lebih dari 7,5 mil. (Wikipedia)

Para peneliti telah menemukan partikel logam magnetik kecil pada pergelangan tangan depan dan cakar belakangnya. Partikel-partikel ini hanya dapat dilihat melalui scanning electronic microscope. Para peneliti dari Natural History Museum di Stockholm juga menemukan "gelang magnet" ini pada kaki kucing dan hewan lainnya yang mampu membuatnya menemukan jalan kembali ke rumah dengan sangat mudah. Magnet mikroskopis ini membentuk gelang pada tulang mereka. MasyaAllah, benar-benar sempurna ya ketika Tuhan sudah menciptakan makhluknya :") hal-hal super detail benar-benar diperhatikan dan diselipkan untuk diberikan manfaat. Manusia mana bisa (ceramah dikit).

Nah tapi, korelasi kemampuan deteksi geomagnetik dengan "arahan pulang", yang situs ini menyebutnya dengan extrasensory perception, itu yang masih gue belum paham. "Kok bisa sih? Gimana caranya? Sensor magnet seperti apa yang ia lihat? Duuuh pingin deh nyoba jadi kucing bentarrr aja kalau gitu hahaha" 

Menurut situs itu, skill yang dimiliki kucing tersebut masih menjadi misteri, dan belum ada ilmu eksak yang benar-benar detail menjabarkan tentang hal ini. Ada pula hewan lainnya, seperti anjing, yang memiliki kemampuan Psi-Trailing ini, entah bagaimana caranya dan penjabaran prosesnya. Intinya ya, MasyaAllah, apa yang dikehendaki oleh Allah, maka itulah yang akan terjadi. Kemampuan apapun bisa diciptakan, yang kita pun masih harus banyak menelitinya lebih dalam lagi. Luar biasa ya ilmu pengetahuan di dunia ini, baik langit dan bumi. Harus benar-benar banyak bersyukur lagi setelah banyak melihat tanda-tanda kekuasaan-Nya.

Q.S Al-Hasyr: 24

Source:
https://catsnco.wordpress.com
http://hubpages.com/animals/When-Cats-And-Dogs-Travel-Long-Distances-To-Get-Home-Psi-Trailing
http://pictures-of-cats.org/cats-have-psi-trailing.html
http://sonic.net/~pauline/psych.html
http://voices.yahoo.com
http://impactlab.com
http://petcentric.com
http://knowyourcat.info
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Sebagai penyuka film animasi, terutama Disney dan terlebih lagi Pixar, saya pun tidak akan melewatinya. Tapi memang, ada beberapa judul film animasi yang akhir-akhir ini memang tidak saya tonton. Saya sibuk. (sok :P)

Di bulan November lalu, dirilis salah satu film animasi baru, adaptasi dari novel terlaris sepanjang masa yang menjadi best seller selama puluhan tahun. Novel itu awalnya adalah novel karangan penulis legendaris Prancis bernama de Saint-Exupery yang berjudul Le Petit Prince, lalu kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris menjadi The Little Prince. Walaupun dikemas dalam bentuk animasi, sesungguhnya film ini lebih diperuntukkan untuk orang dewasa, melalui pesan-pesan moral yang diselipkan. Beberapa pesan moral yang disajikan di dalamnya menurut saya really touchy di benak para orang dewasa saat ini.

Awalnya, saya tidak terlalu tertarik untuk menonton ketika membaca resensinya di IMDB. Namun, setelah film tersebut secara resmi dirilis di Indonesia, cukup banyak review baik yang diberikan. Lekaslah saya Googling beberapa review dari negara-negara lainnya. Dan benar, film ini mendapat beberapa pujian dan banyak pula yg berpendapat bahwa film ini “rasa Pixar”. Yap! That's right! It's really Pixar-alike.

Mendengarnya, tertariklah saya untuk menonton, daaaaann.... sangat sangat tidak menyesal! Rasanya, setelah saya terpana dengan Toy Story 3 dan Tangled, sepertinya The Little Prince menjadi satu film animasi teranyar yang bisa merebut hati saya, baik dari jalan cerita, karakter, maupun soundtrack yang benar-benar (saya menyebutnya dengan) eargasm, Huhuhu beberapa kali sedih banget sewaktu dengar soundtracknya (lebay fix).

Sewaktu saya menonton film ini sendiri (curhat), percaya gak percaya sih, I cried for 3 times hahahaha lebay sih, tapi serius, sedih, dan dikemasnya juga sangat baik dengan soundtrack yang mendukung. Jadilah mewek 3x haha

For you who hasn't listened yet, here is the soundtrack:



Ada satu lagi, judulnya Salvation by Gabrielle Aplin, tapi gak tersedia di Playlist di atas. Ini linknya:



How is it? Ya kaaaaaann sedih nget bagus nget? Semacam orkestra gitu, menurut saya. Gimana gak nangis hemm Which I like the most is Equation by Camille :") sooo touchy huhu other one is Suis Moi, such a cheerful song.

Back to the story,

This movie could teach us so many lessons; how to become a good parents. not-so-busy parents. No matter how busy our work is, we should give so much care for our children.

Di dalam cerita itu, ada seorang Ibu yang sangat sangat disiplin terhadap anaknya agar ia bisa masuk akademi terbaik dan terfavorit di sana. Sang Ibu membuat jadwal aktivitas sehari-hari anaknya dengan sangat ketat, namun sebenarnya sang Ibu melupakan suatu hal yang penting, yaitu leisure time untuk sekedar beristirahat dan bermain seperti umumnya anak-anak. Akhirnya sang anak bertemu teman barunya, kakek tua tetangga sebelah rumah yang memiliki dongeng tentang The Little Prince (hemm, sepertinya saya tidak pandai untuk menceritakan kembali). Nah, lebih lengkapnya, bisa nonton by DVD atau download filmnya aja biar paham hehe

Intinya, bagi saya, pesan mengenai parenting yang disajikan oleh film ini sangat baik dan bisa membuat sadar juga bahwa sebagai Ibu (soon to be :P), harus bisa memperlakukan anak sesuai dengan usianya. Ambisius boleh, menginginkan anak menjadi jenius pun tidak dilarang. Namun, semuanya harus tetap pada kadarnya dan disesuaikan dengan usia serta perkembangan mentalnya. Intinya, jangan sampai sang anak malah jadi stress atau malah gila.

Saya pernah membaca sebuah cerita juga, ada seorang anak yang menjadi gila karena keambisiusan orang tuanya untuk menjadikannya seorang yang cerdas. Huhu sedih dan miris yah... Lalu saya menjadi berpikir dan teringat, pada suaktu waktu saya pernah berkeinginan untuk menjadi Ibu yang disiplin dan menjadikan anak saya anak yang pintar, detail, dan aktif. Saya berniat untuk memberikan les yang beraneka rupa untuk anak saya kelak, seperti piano dan renang (karena saya tidak bisa bermain piano dan berenang haha), mengaji, bahasa asing, lukis, kumon, dsb (Ibu-Ibu egois dan ambisius yah, Astaghfirullah hahaha). Tapi ternyata, gak bagus juga ya. Alhamdulillah saya menonton film ini sebelum saya menikah dan memiliki anak. Kalau tidak, bisa gila anak saya hahaha

Sebenarnya ada banyak pelajaran lain (lebih ke pemerintahan sih menurut saya) yang disiratkan oleh sang Little Prince di dalam film tersebut. Tapi sepertinya, pesan dari sang Little Prince itu sudah banyak yang menjabarkannya. Jadi sesungguhnya, pengemasan dongeng Little Prince-nya itu ada di dalam sebuah cerita Ibu dan anak yang saya ceritakan di atas. Jadi film Little Prince adaptasi ini sebenarnya adalah "cerita di dalam cerita." Ngerti gak? Hahaha. Ya begitulah. Yang penting pesannya sangat baik dan Alhamdulillah bermanfaat.

Saya harus jadi lebih baik.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Kesempatan tidak datang dua kali, katanya. Sering gak sih kalian merasa menyesal karena tidak mengambil kesempatan besar di depan mata, padahal, menurut kalian, kalian berpeluang dan berpotensi untuk mendapatkannya? Pasti pernah, saya rasa. Begitu pun saya.

Seringkali saya melewatkan banyak hal, yang padahal sudah “dadah-dadah” dengan sangat manis di depan pelupuk mata saya. Namun entah setan apa yang memengaruhi, akhirnya saya pun melewati berbagai kesempatan tersebut. Padahal saya yakin saya memiliki ability dan availability untuk turut serta maupun berkompetisi, walau saya juga tidak bisa memastikan hasil akhirnya. Setidaknya optimis dan berani mencoba.

Mencoba lebih baik daripada tidak sama sekali. Dan, gagal ketika sudah mencoba akan jauh lebih baik daripada gagal tanpa pernah memulainya. Rasa menyesalnya pun, percayalah, akan sangat sangat sangaaattt lebih besar ketika kita gagal karena tidak mencoba! Setidaknya, ketika kita sudah mencoba, akan banyak input baru yang bisa didapat. Bisa introspeksi, bisa perbaikan diri, menambah pengalaman, dan sebagainya.


Melalui tulisan ini, saya berjanji kepada diri  sendiri, saya tidak akan lagi overthinking. Jika ada kesempatan, harus saya coba entah apa pun hasilnya dan bagaimana pun keadaannya nanti. Harus, harus, harus! Hemm. Juga, mencoba berpikir simple dan tidak memikirkan terlalu jauh hal-hal yang sebenarnya belum waktunya dipikirkan. Dari evaluasi yang saya jalani, keengganan mengambil kesempatan itu biasanya karena saya terlalu memperrumit keadaan juga pikiran. Jadilah terlalu banyak pertimbangan dan akhirnya berakhir penyesalan haha dan itu guilty banget sih rasanya, saya sudah merasakannya beberapa kali.

Tapi, Bismillah, semoga masih banyak kesempatan-kesempatan baik lainnya di depan sana. Saya harus jadi lebih baik.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Dia tidak pernah memintamu untuk hadir membawa diri, menjadi teman di keheningan hari

Dia tidak pernah memintamu untuk selalu di sisi, menerjang sepi yang seringkali menghampiri

Dia tidak pernah memintamu untuk menanti, perjalanan panjang yang akan dilalui

Dan...... tak pernah pula dia memintamu pergi, mengibas rindu yang seolah telah mati

Dunia memang tak hentinya menghadirkan pentas-pentas yang tak pernah hakiki.

Dalam sepi.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Akhir-akhir ini, saya sepertinya memiliki kegemaran baru, yaitu membaca.
Agak aneh, karena sebelumnya saya tidak terlalu gemar membaca. Mungkin ada satu alasan yang mendasarinya. Tapi saya juga tidak bisa menyimpulkan hal itu menjadi satu-satunya alasan :P

Sedari kecil, saya terbiasa 'dicekoki' dengan buku bacaan penuh gambar sedikit tulisan. Mungkin karena Ayah saya seorang pelukis, jadi lah kami, anak-anaknya, secara tidak sengaja digiring ke hal-hal yang berbau visual.

Hingga saya SMP, saya masih berkutat dengan buku bacaan senada. Namun beranjak SMA dan berkuliah, sepertinya buku bacaan dengan jenis seperti itu sudah tidak cocok lagi. Amat jarang pula buku bacaan untuk remaja yang didesain dengan penuh gambar dan warna. Mentok-mentok paling komik seperti Benny&Mice, atau pun buku resep memasak hahaha kebanyakan yang ditawarkan adalah novel yang ditulis di atas kertas polos dengan penuh kalimat dan kata, serta berlembar2 tebalnya. Bagi anak visual seperti saya, itu membosankan. Jadilah saya tumbuh dewasa menjadi seseorang yang kurang minat membaca bacaan panjang dan lebih suka diceritakan hehehe

Kurangnya minat membaca bukan berarti saya tidak pernah membaca. Bukan novel, saya lebih tertarik untuk membaca artikel berita online, koran, ataupun majalah. Apalagi jika topiknya saya suka; pariwisata, tata surya, komunikasi&brand; aviation, kuliner, lifestyle, inovasi, film, kehiduan sosial, atau biografi tokoh yang bisa menginspirasi karir dan kehidupan haha pasti saya baca :P

Akan tetapiiiii, dalam beberapa bulan ini (saya sebenarnya juga bingung apa yang sebenarnya mendasari), saya jadi suka membaca novel dan buku sejenis! Malah, satu novel pernah saya habiskan hanya dalam beberapa jam saja. Itu termasuk satu pencapaian bagi saya, karena biasanya saya menghabiskan satu buah novel dalam waktu 1 bulan hahahaha

Setelah satu novel yang sukses saya baca dalam beberapa jam itu, saya pun memulai untuk membaca buku-buku lainnya. Saat ini saya sedang membaca buku ke tiga dalam bulan ini; Jalan Cinta Para Pejuang karya Ustadz muda Salim A. Fillah. Mengapa saya baca? Menurut resensi dan referensi orang lain yang saya temukan sih, beliau termasuk salah satu penulis muda yang berbakat. Nah, pas saya coba baca, memang gaya tulisan dan bertuturnya sepertinya pas dengan diri saya. Ayah saya pun ternyata juga menyukai gaya tulisan beliau. Telat yah saya baru tau :P

Kegemaran baru ini juga tiba-tiba mengingatkan saya pada salah satu dosen yang pernah berkata bahwa "bacalah buku sebanyak-banyaknya, buku itu gudangnya ilmu, baca buku apa pun, karena gak ada yang sia-sia." Jadilah saya semakin terdorong untuk mulai terus membaca, membaca, dan membaca. Ditambah lagi, salah satu kutipan dari Gurutta, dalam Novel Rindu, Tere Liye, kira-kira seperti ini:

"Jika kau ingin menulis satu paragraf yang baik kau harus membaca satu buku. Maka jika di dalam tulisan itu ada beratus-ratus paragraf, sebanyak itulah buku yang harus kau baca."

Naaah, karena saya memang bisa dibilang suka menulis, setelah membaca kata-kata itu, saya semakin semangat untuk membaca untuk memperbaiki tulisan-tulisan saya hahaha

Doa dan harapan saya sih satu, semoga saya istiqamah dan bukan hanya kegemaran sesaat hahaha mari berucap Aamiin

Saya tau mungkin saya memang terlambat. Ketika di luar sana banyak orang seusia saya sudah berkutat dengan bacaan yang super-berat dan sudah memiliki ilmu yang luas karena membaca, namun, saya yakin tidak ada kata terlambat untuk merubah diri menjadi lebih baik. Semoga yang saya niatkan ini bisa membuat saya menjadi wanita yang lebih baik. Pinginnya sih wanita cool dan cerdas hahaha Aamiin

-AR-

Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
photo source: theverge.com

The movie is great!

This space sci-fi movie "The Martian," is based on Andy Weir's book of the same name, and tells the story of an astronaut, Mark Watney, who is accidentally left behind on Mars and must struggle to survive. After two weeks from the released date, The Martian topped the box office in the U.S. and Canada as LA Times reported on Oct 11th, 2015. In other side, BBC News also reported the same thing; it flies high in the U.K film chart and became the top film at U.K box office for a second week. 

Besides Watney as the lead character, The Martian also highlights two women of "the female lead." The first is Jessica Chastain as Commander Lewis. She's a hard ass, respected leader of the crew with some big decisions to make and facts to face. And the second is Kristen Wiig as Annie Montrose, Head of Public Relations for NASA, who becomes spokeswoman for NASA to convey any news to media, esp. for this case. Well, they have a big role because their decision can influence other and make a great effect of the storyline itself.

However, I won't write any review here. And now coming to the point I am trying to share my little thoughts and opinion about one thing I could catch; a basic PR knowledge which PR person can learn from. (Maybe it's just me who can realize it, or is there anyone outside who can realize it too? Idk.)

So, here we go!

As a PR student and been being a PR Officer (although I'm just a beginner), whether I realize it or not, my sense of PR is increasing strongly and it makes such an incisive-sight for things related to PR. (Yeah I hope so :P)

At first I watched this movie, I was just excited because this movie tells about space sci-fi which is my interest since I was kid. So, just in a short time, this movie successfully got my attention after Gravity in 2013 and Interstellar in 2014. After minutes enjoying this movie, I just thought that it reveals viewer (who realize it) about PR work, especially its role in a big, influential, and well-reputed organization like NASA.

NASA encounters a crisis when it gets news about Mark Watney who is presumed dead on Mars and is then abandoned by his crew following a violent storm there. The public and media become so critical and curious. Many questions asked, and the news-flow couldn't be well-monitored. It's when a PR person takes their role to be a "vanguard" of the organization, NASA.

In this case, Annie Montrose, NASA's PR representative, plays her roles well, as I thought. She knows how to communicate with media effectively. She knows how to put herself right with confidence character. She also assists with the overwhelming amount of international PR crisis they are facing. Annie is charged to rallying public support for the rescue mission of Watney while everyone's refusing-because it's only for one man-. And yes, shaping public opinion and support is kinda hard, but she succeeded.

Here I can sum up some of her roles and what we can learn from as a PR person, especially in a part of crisis management:

1. Create a proper key-message

Public support takes big part to the rescue mission of Watney, and we can build it with a proper key-message through media, as media is influential channel to create public opinion. It's important to create a proper message when it comes to crisis management. A key message which fitted and met mutual-interest and mutual-benefit between public, media, and organization could control the news flow. NASA should've gotten a bad image after that incident, but, with an openness filled by proper key-message, then they could manage it effectively.

The message delivered also should be in-line at all aspects; press release, press conference, and even BoD's speech like what I will explain in number 3. Maybe this's why Annie always prepared and guided NASA's Director's speech right before they hold press conference.

What we can learn: a key message can control a biased news and build support, so before addressing the media, think about key points we want to convey.

2. Being open to the media

What was happening in NASA is a big news and got a huge public attention. Maybe we can mention it as a crisis. Well, crisis are by definition newsworthy, and members of the media will attempt to generate as much information as possible about the story (Stoldt, 2012). So, I think it can be a big disaster and impair company's image, or it can be a benefit for the company. What we will get after it, both positive or negative impact, is determined from how we manage the crisis itself.

Thing we can catch from Annie Montrose in this film is, being open to media is one of PR's fortes that we should apply. In this film, NASA, together with Annie, holds "hourly press conference" to show up the progress; from the first time Witney was left behind and then they know that Witney is still alive, later a time they can start communicating with Witney, and finally about the rescue until it is successful. NASA, which has already had credibility in the public's eyes, tries not to hide all updated news deserve to be published. And my lecturer ever said, being open is one of things which public wants, especially when crisis comes.

What we can learn: do not hide any updated news about progress in a crisis if we don't want miscommunication happens between company and its public. Because at that time, public tends to be more active and curious.

3. Keep calm when it goes to press conference

Press reporters in this movie still don't get the concept of asking question one by one. They all jump up in mass hysteria and shout. I think it's because NASA is one of an influential enterprise there. So, if we are holding a press conference things can get crazy. But we can handle it with a composure and answer it clearly.

In this case, Annie Montrose had already prepared Teddy Sanders (played by Jeff Daniels), as NASA's Chief Director, to deal with the press reporters. She asked Sanders to maintain his answers and be able to clearly and concisely get across the company's key message without sounding forced or artificial.

What we can learn: be prepared; think about all questions we could be asked and develop an answer for them before the interview. Keep a kindness, straight to the message we've planned, have an understanding of a journalist's role, and know how communicate with them effectively.

4. Create a good PR Writing (good photojournalism)

In one scene, I can see that Annie's taking a concern about press release will be delivered to media and public. NASA asked Witney to take photo in Mars to be published in media. Witney then took a photo of himself with a "funny" style, and Annie complained it right after she got that picture. From that scene above we can learn that a good photojournalism is one of important things in the making of PR news. It can build a news-value itself.

"As PR, we should have ability to capture a moment which can tell public a 'story'," as my lecturer said. Darmastuti (2012) also said, PR function essentially is as a journalist and report objectively any news from organization to the public. So, in this case, we should have ability, not only to create a truthful news, but also choose a proper photo to be published, and still, it should be aligned with a key-message and also journalism ethics applied about photography.

"Because a picture worth a thousand words."

5. Keep your calm and composure

And the last but not least, a cool thing that I can catch from is, keep yourself calm and cool! Well, as I learned before, in a difficult situation, a PR person has to keep their composure and not lose focus. Because the company will painted with a bad reputation if a PR, as spokesperson, responds negatively to any disruption or question. There's a saying:

"Many times crisis results when composure is missing"

(Quoted from Forbes)

And don't forget to keep a good demeanor!

***

And finally, what I can conclude here is, the film is great (Esp. Annie's acting in this movie) and PR person is cool *so proud* :P What happen in NASA can teach us how to put ourselves right. But beyond that, I don't think that this may be takes away from the great work of scientist like Rich Purnell (played by Donald Glover-one of character I like in this movie-) and Mindy Park (played by Mackenzie Davis). I just think that PR person, Annie, deserves her fair share of praise. Her roles is critical. We can see that PR is also influential in supporting the rescue mission of Witney.

And last, welcome back Witney!
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Catatan kecil, 7 Juli 2015.

________________________________

Hidup memang tak pernah lepas dari segala keuinikannya, naik-turun serta berputar, yang membuat hidup itu sendiri menjadi sangat beragam warna.

________________________________

Beberapa bulan terakhir saya seringkali memperhatikan jalanan pulang yang setiap hari saya lalui. Saya menemukan bahwa ada banyak--mungkin lebih dari sepuluh--pemulung, baik seorang diri maupun bersama keluarga, di sepanjang jalan Margonda Raya, Depok. Mereka semua benar-benar terlihat kompak, dengan atribut karung yang saya tidak tahu apa saja isinya, serta tikar beragam jenis dan warna yang sudah tergelar rapih (yang barangkali) untuk menemani mereka tidur. Jarak antara satu pemulung dengan yang lainnya pun tidak berjauhan, kira-kira hanya sekitar 5-10 meter. Depok di malam hari pun berubah menjadi pertunjukan kehidupan yang dramatis.

Dari banyaknya pemulung yang saya temui itu, beragam aktivitas dapat terekam. Ada yang sudah terlelap tidur, ada yang sedang bersenda gurau dengan keluarga, ada yang sedang menyusui anaknya, dan ada pula yang sedang lahap menikmati makan malamnya. Dari yang saya lihat, semua terlihat bahagia, di luar dari keadaan pelik yang setiap hari mereka rasakan.

Masih di lokasi yang sama, perhatian saya tertuju pada dua buah keluarga yang setiap malam selalu mengisi tempat itu, tidak pernah absen. Dua buah keluarga berbeda dengan tempat yang sedikit berjauhan, namun mereka selalu memancarkan keceriaan dan kehangatan yang sama.

Keluarga pertama berada di trotoar setelah perumahan elite Pesona Khayangan. Mereka berjumlah empat orang; satu bapak, satu ibu, dan dua orang anak laki-laki dan perempuan yang masih berusia balita dan anak-anak. Setiap malam ketika saya sedang melewati jalan itu, mereka hampir selalu sedang melakukan aktivitas yang sama, yaitu berbincang hangat dengan senyuman ringan yang selalu menyelimutinya. Mereka terlihat bahagia, seperti tak memimiliki beban yang harus dipikul. Padahal setiap malam mereka harus merasakan ketidaknyamanan tidur di pinggir jalan--Itu pun menurut opini saya yang memang belum pernah merasakannya--.

Tak jauh berbeda dengan keluarga ke dua. Ditemani dengan gerobak mungil dan alas tikar yang seadanya, keluarga itu terlihat santai menikmati malam sambil mengobrol dan bercanda dengan anggota keluarga sambil menyimpulkan senyuman. Terlihat hangat, juga menentramkan hati. Entah apa yang mereka bicarakan. Yang hanya saya tahu, mereka terlihat bahagia dan menikmati setiap detik waktunya :") tak ada kemewahan, apalagi gadget. Sungguh berbeda pemandangannya dengan realitas ibu kota di sudut yang lain.

________________________

Di sepanjang perjalanan saya pulang, memang banyak sekali pemandangan realita kehidupan ibu kota yang dapat ditemui. Rute yang cukup jauh dan menggunakan berbagai moda transportasi, mengharuskan saya untuk memperhatikan itu semua. Sebenarnya bisa banyak sekali pelajaran yang bisa diambil, salah satunya yang ingin saya tekankan di tulisan ini yaitu bersyukur.

Sudahkah saya bersyukur?

Ada yang pernah bercerita kepada saya bahwa sebenarnya hidup yang sedang kita jalani hari ini, adalah hidup yang sedang diidamkan oleh orang lain di dalam do'a-nya. Namun ternyata masih banyak orang yang selalu mengeluh dan merasa kurang dengan apa yang telah mereka dapatkan. Saya memahami memang tingkat kecukupan seseorang bersifat relatif. Akan tetapi, bersediakah kita merenung sejenak untuk mengingat dan mensyukuri setiap detik rizki yang telah Allah berikan kepada kita dan keluarga sampai saat ini?

Let's do self-talk!
Hemm. Saya boleh merasa kurang. Namun ketika orang lain ada di posisi saya saat ini, mungkin mereka bisa jadi merasa sangat-sangat bersyukur, karena memang 'yang begini' cerita hodup yang sedang mereka dambakan. Hem. Jadi sedih sendiri karena masih sering merasa kurang dengan apa yang sudah didapat. Padahal sebenarnya, seharusnya jiwa saya mendorong pikiran dan hati saya untuk selalj merasa cukup dengan apa yang sudah saya miliki saat ini. Masalah hidup yang lebih baik lagi, hanya tinggal perihal usaha yang dilakukan dan do'a yang dipanjatkan. Jika memang bersungguh-sungguh dan Allah mengijabah, hal itu pun akan mengiringinya. Ya, tho?

Yang penting adalah....... "Sudahkan kita  (dan saya) bersyukur?"

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Hidup itu pilihan.
Pilihan itu ada untuk menggiring kita ke arah hidup yang (mungkin) lebih baik.
Dan satu hal yang penting, memilih itu adalah hak asasi setiap manusia.

Jadi,

Apa ada yang salah dari memilih untuk meninggalkan?
Apa ada yang salah dari mencari hal yang lebih baik?

Sudah menjadi hak dan hakikat setiap manusia untuk selalu berusaha menjadikan hidup lebih berkualitas, dengan menemukan hal-hal yang lebih baik di setiap bidang kehidupan.
Jadi, apa ada yang salah dari meninggalkan hal yang baik untuk hal yang lebih baik? Toh manusia adalah makhluk egois, ya tho?

Sepertinya tidak salah. Wong tujuannya baik kan. Hehehe. Memangnya salah ya, meninggalkan pekerjaan lama untuk meniti karier yang lebih baik di pekerjaan yang baru? Kan tidak. Hem. Analoginya mungkin seperti itu.

Entahlah. Terkadang saya merasa amat sangat bingung, mungkin kadang muak, dengan aturan tak tertulis yang diberlakukan di kehidupan manusia.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Lama tidak berkuliah, saya pun rindu dengan tugas-tugas, terutama yang berhubungan dengan analisa. Saya juga merindukan masa-masa UAS, karena memang pada momen itu saya memiliki habit tersendiri.

Satu sampai dua minggu sebelumnya, saya biasanya sudah menyicil untuk belajar, baik merangkum, membaca catatan dari mata kuliah di kelas, atau pun berdiskusi dengan beberapa orang teman. Waktu berdiskusi pun merupakan waktu yang menyenangkan, karena saya memiliki teman diskusi yang asik, fun, kritis, namun paham perkembangan saat ini. Sebut saja mereka Hana, Hani, Nafira, para sahabat saya.

Kesibukan pekerjaan dan perkuliahan nampaknya membuat kami sudah jarang berkumpul dan (secara tidak disengaja akhirnya) berdiskusi. Mengenai apa pun. Paling hanya via grup chat saja, tapi itu pun intensitasnya tidak sering, lebih sering membahas hal-hal tidak penting--seperti jodoh hahaha--

Sejak beberapa minggu terakhir, saya sedang mengamati salah satu fenomena yang sedang menjadi hype saat ini, yaitu Go-Jek. Jika saya masih berkuliah, bisa saya pastikan akan ada banyak mata kuliah yang membahas dan memberikan tugas mengenai topik itu hahaha karena memang, kepopulerannya saat ini tidak terlepas dari keberhasilan program komunikasi dan pemasaran yang mereka lakukan.

Begitu pun jika saya masih sering berkumpul dengan para sahabat saya itu, pasti ada satu momen di mana kami sangat antusias membahas tentang hal itu haha belum lama saya sudah pernah sedikit membahas tentang hal ini sih dengan Nafira, tapi kurang puas hahaha nah, melalui media ini, saya ingin menyalurkan kerinduan saya akan berkuliah dan berdiskusi, juga 'kegatelan' saya untuk berkomentar mengenai salah satu brand yang sedang populer di masyarakat, yaitu Go-Jek.

Mari kita mulai!

Saya tekankan sebelumnya bahwa yang saya jabarkan di bawah ini tidak berdasar penelitian akurat juga teori-teori dari para ahli. Namun hanyalah berdasarkan hasil observasi dan wawancara serta ingatan pengetahuan yang selama ini saya dapat, baik dari perkuliahan, buku, maupun internet. Tau sendiri kan ingatan manusia seperti apa? Hahaha jadi sebenarnya tulisan ini sama sekali tidak bisa dibuktikan kredibilitasnya. Jangan dijadiin sumber info apa pun yaa hahaha :'D


Go-Jek.

Go-Jek adalah perusahaan layanan transportasi ojek sepeda motor yang mulai beroperasi sejak Februari 2011. Pada prinsipnya layanan Go-Jek layaknya ojek pada umumnya yang dengan kelincahannya bisa membawa penumpang menembus kemacetan lalu lintas Jakarta dengan cepat. Namun bedanya, menurut Kusnadi Mansyur, Operating Manager Go-Jek, jasa Go-Jek bisa dipesan melalui telepon, Facebook, ataupun Twitter, asalkan pemesan mencantumkan nomor teleponnya. (http://www.karbonjournal.org/focus/ojek-menyalip-go-jek-menyelip, diakses pada 28 Juli 2015, 12.28) Sedangkan, bila mengutip dari web resminya, Go-Jek adalah perusahaan berjiwa sosial yang memimpin revolusi industri transportasi Ojek. Go-Jek bermitra dengan para pengendara Ojek berpengalaman di Jakarta, Bandung, Bali & Surabaya dan menjadi solusi utama dalam pengiriman barang, pesan antar makanan, berbelanja, dan berpergian di tengah kemacetan.


Sisi Internal.

Dalam merekrut para driver-nya, Go-Jek memiliki beberapa prosedur pendaftaran. Hal ini saya ketahui dari beberapa kali melakukan wawanara informal dengan para driver dalam satu bulan ini.

Prosedur pertama, para driver harus memiliki SIM-C dan STNK resmi motor. Tahun motor pun tidak boleh kurang dari tahun 2010 (seingat saya). Para driver pun harus memiliki kesehatan mata yang baik, dan berusia tak lebih dari 50 tahun. Sebelum mendaftar, mereka diharuskan mengisi form pendaftaran dengan melampirkan fotokopi KTP, KK, SIM, dan STNK serta memberikan jaminan asli BPKB/Ijazah terakhir/KK/Akte Lahir/Buku Nikah untuk kemudian ditahan saat mereka menjadi driver.

Setelah itu, prosedur ke dua yaitu melakukan wawancara. Pertanyaan yang diajukan hanya satu, yaitu "Sedang bekerja atau tidak? Jika ya, apakah full-time atau part-time?" Berdasarkan wawancara, Go-Jek hanya bisa merekrut para driver yang tidak sedang bekerja, atau bekerja namun part-time. Menurut salah satu driver sih alasannya mungkin karena perusahaan juga tidak ingin dirugikan. Jika dia bekerja full-time, maka dia tidak bisa maksimal di dalam Go-Jek. Itu akan berdampak pada pendapatan Go-Jek itu sendiri (seperti yang diketahui, pembagian penghasilannya itu 80:20). Hehehe, analisa yang oke juga, bang! Namun, menurut salah satu berita di Liputan6, pihak perusahaan pun melakukan cek domisili, background check yaitu dengan menelpon istrinya untuk mengetahui kebenaran tempat tinggal, serta ada intervew perilaku. Saat menjadi driver pun, mereka akan terus dimonitor. Jika terdapat keluhan dari pelanggan, pihak perusahaan langsung memanggil driver yang bersangkutan dan mewawancarainya.

Prosedur ke tiga adalah cek kesehatan. Mata menjadi hal utama, karena merupakan indera paling penting untuk menjadi driver hahaha yaiyalah. Jika lulus, mereka harus mengikuti prosedur yang terakhir yaitu training dan workshop.

Proses training dan workshop ini dibagi menjadi beberapa kelas, antara lain pengenalan perusahaan, workshop safety riding, training cara melayani pelanggan dengan baik dan sopan, serta training penggunaan smartphone dan aplikasi mobile Go-Jek. Semua driver sih curhat gini "capek kak trainingnya uuugh ampe jam 9 malem dari jam 7 pagi" hahaha sabar yah bang.

Setelah training selesai, mereka baru diberikan smartphone (bagi yang belum punya), 2 jaket, 2 helm, dan perlengkapan untuk penumpang yaitu masker dan head cap. Mereka pun diberikan modal awal 100ribu untuk membeli bensin dan pulsa serta saldo di rekening CIMB Niaga-rekening ponsel- (lupa berapanya) untuk melayani jasa pick up food nya. Mereka juga bisa langsung mulai terima order saat itu juga. Kata semua driver yang saya wawancara sih prosesnya cepat dan profesional, hanya 2 hari. Dari yang saya dengar (dari curhatan mereka) pun, semuanya menguntungkan. Sang driver langsung semangat dan antusias gitu. Hahaha.


Saat telah resmi menjadi driver, mereka mendapat beberapa benefit, antara lain;
  1. Bonus 1. Jika berhasil mengangkut 10 penumpang dalam satu hari, mereka mendapat bonus dari perusahaan.
  2. Bonus 2. Para driver juga akan mendapat bonus sebesar 150ribu jika berhasil mengajak satu orang untuk menjadi driver baru Go-Jek.
  3. Sistem pembayaran 80:20 yang langsung dikredit ke rekening driver sesaat setelah selesai mengantar penumpang (jika penumpang memilih membayar menggunakan credit/corporate pin). Mereka pun jadi bisa mengambil hasilnya secara harian. Pakai rekening ponsel lagi, jadi mudah gaperlu menyimpan kartu ATM dan ngeluarin dompet pas ambil uang hehe
  4. Award. Menurut salah satu driver terrrr-asik yang pernah saya order, pihak Go-Jek secara rutin memberikan reward untuk driver dengan komentar positif terbanyak dan rating terbaik. Dan dia dapet itu! Wajar sih, asik banget, ramah bgt, baik banget. Mungkin karena masih nuda juga kali, yah haha
  5. Smartphone yang diberikan di awal dan dibayar dengan sistem cicilan selama 100 hari atau satu minggu. Besaran cicilan tergantung lamanya waktu.
  6. Asuransi jiwa jika terjadi kecelakaan.
  7. Training dan tes mengendarai motor dengan aman setiap 6 bulan sekali dari Polda (eh apa mana ya.... Hemm lupa hehehe
Hemm, bersedia untuk daftar Go-Jek, Mas&Mbak? Hehehe


Berdasarkan hal-hal tersebut saya melihat bahwa pihak Go-Jek sangat memperhatikan kepuasan pelanggan serta kesejahteraan karyawannya. Dari sisi kepuasan pelanggan, pemberian workshop dan training yang sedemikian rupa membuat para pelanggan menjadi merasa nyaman, puas, senang, dan ingin menggunakannya lagi dan lagi (termasuk saya hehehe). Sang driver menjadi sangat terbuka, namun tetap ramah dan sopan. Cara mengendarai motornya pun enak, gak ugal-ugalan, gak ngebut. Safe bgt deh! Hahahaha geli.

Kalau dari sisi driver, Go-Jek memberikan benefit sedemikian rupa agar mereka merasa nyaman dalam menjalani pekerjaannya. Karena jika mereka udah merasa nyaman dan in-to-GoJek banget (tsaelah), loyalitas driver pun menguat dan berdampak pada semangat sang driver untuk bekerja. Hal itu akan berbanding lurus dengan keuntungan yang akan didapatkan perusahaan :-) (btw jadi kangen kuliah bangeeetttt huhu)



Sisi Eksternal.

Masalah klise khas perkotaan, yaitu macet. Satu kata yang menjadi keseharian kota-kota di Indonesia, terutama ibukota Jakarta. Kemacetan yang menjadi momok terbesar ketika di perjalanan, sedikit teratasi dengan maraknya jasa ojek. Namun, tarif yang kadang "nembak" tepat ke dompet, sampai hal kecil terkait helm yang bau-nya hinggap sepanjang 'perboncengan', membuat jasa ojek yang bisa menjadi pilihan kerap dilupakan. Belum lagi beberapa 'bang ojek' yang mengendarai motornya dengan ugal-ugalan, semakin membuat orang berpikir dua kali untuk menggunakan jasanya, jika tidak sedang terpepet waktu.

Pada kelompok masyarakat lainnya, keengganan juga muncul karena terkadang mereka diharuskan berjalan cukup jauh terlebih dahulu untuk mencapai pangkalan dan mendapatkan ojek. Akhirnya, tidak sedikit juga yang lebih memilih menggunakan moda transportasi yang bisa menjemput ke rumah seperti taksi. Bertambah macetlah ibukota kita ini :) berdasarkan artikel yang saya baca, masalah kemacetan ibukota itulah yang menjadi salah satu lasan Nadiem Makarim, CEO Go-Jek Indonesia, dalam memulai bisnis ini. Selain itu, beliau juga peduli dengan cara yang para tukang ojek lakukan dalam mendapatkan penumpang yang menurutnya kurang efisien, yaitu dengan menggantungkan nasib pada tempat mangkal atau berkeliaran mencari penumpang di pinggir jalan dari pagi hingga larut malam.

Di sisi lain, kini sedang marak tren "BM" atau bisa disebut dengan 'ngidam' di kalangan masyarakat, khususnya anak muda (pendapat pribadi wkwk). Saya sendiri pun sering merasakannya hahaha tapi kebanyakan akhirnya saya urungkan karena rasa malas yang luar biasa untuk pergi ke tempat makan yang saya inginkan hahahaha kalau ngidamnya HokBen sih bisa delivery yah, tapi kalau ngidamnya Sushi Tei? Haha yang ada ngiler doang di rumah liatin gambar Salmon Hana Ikura yang seger banget hahaha di sini Go-Jek hadir untuk menjawab permasalahan itu, dengan menyediakan layanan untuk "membelikan" makanan yang kita mau dan langsung mengirimkannya ke rumah. Wihiiiii *mata berbinar*

Selain itu, Go-Jek juga bisa menjadi solusi bagi orang-orang pelupa seperti saya, perusahaan yang butuh jasa antar barang dalam waktu yang cepat, dan ibu-ibu yang sayang anak (?) "maksudnya?" iya, contohnya ibu saya ketika ingin mengantar masakan hari itu ke rumah Kakak saya tapi malas untuk pergi ke sana. Kami bisa menggunakan layanan pick up barang yang disediakan oleh Go-Jek hehehe praktis ya, semua menjadi mudah.


Why Go-Jek is becoming more and more and more popular nowadays?

Nah! Hal ini yang membuat saya geregetan ingin berkomentar, khususnya dari sudut komunikasi hehe tapi, analisa piyik saya akan saya jabarkan pada postingan berikutnya. Tunggu yaaa :D see ya! (kayak ada yangg baca aja wkwk)


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
"Hidup tuh apa sih?"

Sering gak sih mikirin itu? Gue? Gabisa dihitung berapa kali gue punya pikiran kayak gitu dari SD sampai sekarang. Biasa, anaknya emang suka mikirin hal gak penting kayak, "kenapa sih daun dan pohon mayoritas warnanya hijau dan coklat?" or "kenapa sih manusia bentuknya gini?" wkwk.

Saat ini yang sedang gue pikirkan adalah hidup adalah suatu permainan yang sangaaaaaaattttt besar yang diciptakan oleh Allah. Mungkin game masa kini juga terinspirasi dari kehidupan ini kali yah, terutama The Sims. Hahaha.


Sebenarnya, yang gue pikirkan, hidup itu cuma ada 3 perkara;
Lahir
Hidup
Mati

dan dalam hidup kita akan bisa dipastikan merasakan ini;
Melihat kelahiran
Melihat kematian


Jadi, sebenarnya esensi real-nya seperti apa? Jika di dalam Agama, kita adalah orang-orang terpilih yang harus menjalani dan mengambil esensi kehidupan ini seperti yang telah tercantum di dalam kitab suci Al-Qur'an. Berbuat baik, bersedekah, mengejar pahala, dan ridha Allah. Tapi di luar itu, adakah esensi lain dari "mengapa aku harus menjalani kehidupan yang hanya perkara lahir-melihat kelahiran-hidup-melihat kematian-lalu mati ini?" Ya, mungkin usia gue masih muda jadi masih mempertanyakan hal-hal yang kayak gini hahaha untung dari gue kecil, Ayah dengan sabar dan bijaksana selalu menjawab segala pertanyaan "Kenapa" gue hahaha (walaupun ujungnya gak pernah puas dengan jawabannya wkwk) tapi semoga seiring berjalannya waktu, gue bisa mencari ilmu mengenai pertanyaan dan keingintahuan gue itu. Aamiin.

Hmmm. Mungkin ada satu hal lagi,

"Apakah setelah kiamat akan ada kehidupan baru lagi? Apakah sebelum periode kehidupan gue kali ini, ada periode hidup yang lain? Apakah kiamat hanya terjadi satu kali, atau sudah berkali-kali?"

Hehehe. Wallahu alam.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hari ini, Rabu, 24 Juni 2014, 21.31, gerbong akhir, Commuter Line tujuan Bogor.

Satu minggu sudah bulan Ramadhan berlalu. Kesan? Sungguh berbeda. Sedih pada awalnya, namun ini termasuk salah satu fase kehidupan--yang mungkin semua orang akan merasakannya--.

Biasanya, sehabis buka puasa, rutinitas keluarga saya selalu membuka Al-Qur'an-nya masing2, melantunkan ayat-ayat Allah sembari menunggu waktu Isya tiba. 5 menit sebelum Adzan Isya dikumandangkan, kami--ayah-mama-saya-dan adik saya--, bergegas pergi ke Masjid untuk menunaikan shalat Isya yang disusul dengan Tarawih. Hampir rutin, jika memang saya tidak memiliki jadwal untuk berbuka puasa di luar. Nikmat rasanya. Sangat terasa sekali esensi dan euphoria bulan Ramadhan-nya. Karena hal itu, saya pun selalu menunggu-nunggu bulan Ramadhan, entah mengapa. Angin pun seperti menghembuskan udara yang berbeda di bulan suci ini.

----------

Hari Kamis lalu, tepat hari pertama Ramadhan.

Saya baru keluar kantor pukul 17.10 karena memang tidak ada kompensasi waktu pulang saat Ramadhan. Bergegas saya pulang karena berniat untuk shalat Tarawih di rumah. Namun sepertinya jalanan tidak mendukung (yah, jalanan Kuningan-Tebet memang tak pernah mendukung). Sehingga pada akhirnya, niat hanya tinggallah niat. Saya baru sampai rumah sekitar pukul 19.40, saat Masjid sedang ramai-ramainya dipenuhi oleh makmum yang ingin menunaikan ibadah Shalat Tarawih, saat sang imam sedang mengumandangkan ayat-ayat indah.

Masuk ke rumah, suasana berbeda. Sepi, terkunci, hening....... Hanya ada hidangan berbuka yang memang sudah disiapkan oleh Mama saya. Entah sedang melankolis atau memang masih adaptasi, seketika saya langsung merasa sedih.........

Sedih karena tidak bisa menyiapkan hidangan berbuka dan buka puasa bersama. Sedih karena tidak bisa Shalat Maghrib berjamaah. Sedih karena tidak bisa bersiap dan menuju Masjid bersama. Sedih karena.......tidak bisa menjalankan Tarawih bersama keluarga, apalagi pada hari itu terdengar jelas Ayah sedang memberikan kultum di sana. Tapi yang paling membuat saya merasa sedih adalah............pikiran-pikiran negatif yang membuat saya takut jika di tahun-tahun berikutnya saya tidak diizinkan lagi untuk menjalankan Ramadhan bersama orang tua. "Lalu, kapan lagi waktunya jika bukan tahun ini?"

Sontak saya pun langsung berkaca-kaca, menyadari bahwa betapa berharganya waktu. Saya harus bersyukur karena masih diizinkan menjalankan Ramadhan bersama di tahun-tahun sebelumnya, dan harus berusaha mengkualitaskan Ramadhan tahun ini bersama mereka.

----------
Entah lah tahun ini terasa sangat berbeda, mungkin karena baru kali pertama, belum terbiasa, dan belum bisa beradaptasi dengan keadaan baru yang sekarang. Cemen juga sih, gitu aja sedih, padahal kan "namanya juga hidup, berputar, ada siklusnya" hehehe untuk hari-hari dan tahun-tahun selanjutnya, Bismillah aja. Saya yakin ini hanya perihal waktu :")

Terima kasih yaAllah karena sudah mengizinkan saya untuk bisa merasakan kembali bulan Ramadhan di tahun ini.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Saya tidak bisa menyimpulkan. Saya pun juga tak mampu untuk memastikan. Namun apa yang saya perhatikan, segalanya seperti tak terelakkan. Ada apa gerangan yang sedang saya rasakan?

Saya dalam masa kebingungan, mungkin pula kegundahan. Segala yang saya inginkan, harus saya tahan sampai saatnya tiba dengan kesiapan. Kapan? Yang pasti sampai segala hal benar-benar sudah dipersiapkan.

Semoga semua dapat berjalan seperti yang selama ini saya dambakan.

Namun bilamana semua hal tak searah dengan yang telah diperjuangkan, yah apa boleh buat. Saya pun harus siap dengan segala kemungkinan dan mulai menyusun perencanaan lagi untuk masa depan yang kian dinantikan.

-Ashila, Sun, June 14th 2015. 02.30 A.M

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Kan belum? Kenapa udah ditulis?


Jadi gue akan mendedikasikan tulisan kali ini untuk kerinduan gue akan bulan Ramadhan. Kalian gitu juga gak sih? Jujur gue lagi kangen banget momen Ramadhan, momen iklan Marjan di TV, momen sinetron Mba Hana Mas Bram dan Hello Kitty, momen masak untuk buka puasa, momen silaturahmi sama semua orang, momen maghrib, momen lebaran, aaaahhh terlalu banyak momen yang bikin kangen saat Ramadhan :")


Rutinitas Ramadhan yang paling gue suka itu adalah masak! Cuma pas Ramadhan gue bisa meng-explore lebih jauh hobi gue dalam hal masak memasak hahaha setiap hari menunya beda dan bebas berkreasi dari menu-menu di majalah, mobile app, juga dari TV. Duuh suka banget deh.

Selain itu, gue juga suka momen belanja bahan masakannya hahaha entah kenapa kalau Ramadhan supermarket rasanya jadi beda haha karena biasanya status gue adalah pelajar, jadi banyak waktu luang buat belanja dan masak. Setiap abis Ashar, dimulai deh kegiatan dapur bareng nyokap gue. Biasanya nyokap gue yang nyiapin menu makan malam dan sahurnya, gue yang bikin menu buka puasanya, dan adek gue minumannya. Tradisi keluarga gue itu gapernah yang namanya buka puasa pakai menu "nasi". Jadi menunya ya seputaran menu "cemilan" gitu, kayak bakso, setup makaroni, spaghetti, makanan-makanan khas Solo, mie, bihun, makaroni schotel, dll. (Hahaha bagi keluarga gue yang namanya "cemilan" itu ya semua makanan selain nasi). Jadi gue sukaaaaaaa karena tiap hari bisa masak yang beda-beda dan banyak menu baru juga.

Nah kalau udah belanja dan masak lalala lilili, hal yang gue suka setelahnya yaitu ngajak temen-temen gue dateng ke rumah buat buka puasa bareng!! Soalnya pasti pada bilang "Shil kok enak sih!!" "Shil ajarinnn" atau "Shil udah buruan nikah aja" HAHAHAHAHAHAHA gatau seneng aja kalau udah masak trus orang-orang pada suka trus abis gak bersisa haha trus suka juga aja kalau pada main ke rumah, ngobrol2, trus tarawih bareng :"

Gue emang sukaaaa banget ketemu orang. Undangan bukber sangat gue nantikan setiap tahun. Malah kadang karena gue adalah "yes-girl", ampe pusing sendiri atur jadwalnya karena banyak yang bentrok wkwk (sok penting :p)

Huffftttt momen-momen kayak gitu yang bikin kangen Ramadhan banget. Momen bukberrr, masak, belanja, ngobrol2, cerita nostalgia sama temen-temen, foto-foto, ketawa2, tarawih bareng, subuh berjamaah, trus tayangan TV dan Radio yang spesifik banget euphorianya, huaaaahh bikin kangen. Gak kerasa sebentar lagi mau Ramadhan. Gue superrrr excited! Tapi sebenarnya ada satu hal yang sedang benar-benar gue pikirkan................

Ramadhan tahun ini, bakal jadi Ramadhan pertama gue sebagai seorang karyawan. Gue jadi kepikiran terus "Duh gimana yah rasanya?" "Duuuhh nanti buka puasa di jalan terus dong" "Duuhh nanti jarang bisa bukber sama temen-temen, gabisa belanja, gabisa masak". Begitulah kira-kira yang menghantui pikiran gue hahaha

Kayaknya tahun ini bakal beda banget deh rasanya T.T sedih.................................. (padahal belum dijalanin, tapi udah menyimpulkan. Kebiasaan haha)

Hmmmmmhhhh. Tapi gimana pun, semoga Ramadhan 2015 nanti gak seburuk yang gue bayangkan :") tapi sesungguhnya, jam pulang kantor gue saat Ramadhan itu gak ada perubahan. Tetep jam 5....... Sedih ga sih? Gue sih sedih banget............. hiks tapi Bismillah aja :")


Well, welcome Ramadhan! :)))

Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Halo!

Kali ini gue mau share pengalaman gue waktu ikut salah satu kompetisi kehumasan tahun lalu. Kayaknya nyaris setahun lalu. It's May 23-24 2014.

Kok kayaknya gaya banget ya ikut kompetisi? Hahaha.

Dari semester awal kuliah, gairah ikut kompetisi/lomba tentang komunikasi memang selalu ada. Namun semangat menggebu itu hanya bertahan sekitar 1-2 bulan saja, dan selebihnya......hanya berakhir menjadi wacana hahaha

Ada beberapa kompetisi komunikasi yang pingin banget gue ikutin, salah satunya event rutin Prodi Komunikasi UI, yaitu Pekan Komunikasi. Di event itu, untuk mahasiswa Humas, selalu ada kompetisi membuat paper tentang perencanaan program humas mengenai case study yang mereka berikan. Macem-macem tiap tahun, dan selalu menarik. Tapi kembali lagi, semua berakhir wacana heu awal-awal dibuka pendaftaran sih semangat berapi-api, ngajak salah satu temen buat ikutan, mulai research, berimajinasi, analisis, tapi gak daftar-daftar dan gak ditulis. Akhirnya batal deh ahaha mungkin salah satu faktornya dulu tugas-tugas yang padat kali yah (excuse :p)


Sampai pada akhirnyaaaaaaaaaa

Gue akhirnya berhasil mengikuti salah satu kompetisi kehumasan! Yeaay! Ada yang beda juga dari kompetisi ini, yaitu diselenggarakan untuk individu, tidak seperti kompetisi-kompetisi lain yang mensyaratkan untuk dikerjakan secara berkelompok.

Awalnya, gue tau informasi mengenai kompetisi ini karena lagi masa-masa pengerjaan Tugas Akhir. Tugas Akhir gue waktu itu tentang Humas Pariwisata Kota Solo (I'll write bout it later), kampung halaman orang tua haha jadiii, selama masa pengerjaan, salah satu aplikasi berita di Hp gue, gue setting pakai kata kunci #Solo #PariwisataSolo #HumasSolo #Humas #PublicRelations. Setiap hari selalu gue cek apakah ada berita terbaru/ngga. Yaa, siapa tau aja bisa dijadikan tambahan data.

Suatu hari pas lagi cek berita, ada salah satu berita dari portal berita lokal di Kota Solo mengenai kompetisi yang bernama PR Idol 2014. Gue pun penasaran dan baca tuh berita. "Kok beda ya kompetisinya." Mungkin itu pikiran gue. Akhirnya seperti biasa, gue pun menggebu-gebu ingin coba peruntungan ikut kompetisi itu, mumpung masih berstatus mahasiswa dan masih punya kesempatan ikut yang kayak gitu hahaha daripada nyesel :p

Kompetisi ini diselenggarakan oleh Universitas Negeri Solo bekerja sama dengan The Sunan Hotel Solo. Gue mikir, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Kompetisi ini diadain di Solo, yaa sekalian aja cari data-data TA yang kurang-kurang. Sekalian juga silaturahmi lagi sama nenek dan saudara-saudara lain di sana. Padahal itu H-7 HARI DEADLINE pengumpulan TA loh ahahaha bodo amat deh...


Tahap penyisihan awal itu gue harus membuat essay mengenai "Branding Solopos TV" yang notabene masih baru didirikan. Ternyata essay gue lolos dan masuk ke dalam 30 besar yang diundang ke The Sunan Hotel Solo untuk mengikuti seleksi tahap ke dua dan ke tiga.

Setelah pengumuman lolos itu, gue baru bilang ke orang tua kalau gue ingin melanjutkan kompetisi ini. Untungnya dikasih izin haha langsung dehhh wusshhhhh sampailah gue di Solo.

Mereka gak menyediakan penginapan, namun mereka suggest beberapa penginapan gitu untuk para peserta. Tapi gue lebih memilih untuk tinggal di rumah nenek gue hahaha


Sampai pada saatnya penyisihan tahap ke dua dimulai.

Pada tahap itu, para peserta diminta membuat mini proposal mengenai "Perencanaan Program Humas untuk Memperkuat Positioning The Sunan Hotel Solo." Semuanya dikasih brief sebanyak 3 lembar, berisi data-data mengenai The Sunan Hotel Solo, serta ketentuan dan peraturan pembuatan paper. Jika data dirasa kurang, kita boleh browsing dengan mencantumkan sumbernya. Waktu yang diberikan hanyalah 2 jam untuk membuat semuanya, yaitu Analisis Internal, Analisis Eksternal, Analisis SWOT, Strategi Program, juga Press Release. Karena mepet, akhirnya rilis pun hanya gue buat seadanya hahaha

Setelah itu, dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD). Dari 30 peserta, dibagi menjadi 5 kelompok. Bahasan FGD saat itu adalah tentang political branding. Kelompok gue mendapat kasus mengenai Partai Golkar yang terpecah menjadi dua kubu, dan bagaimana memperbaiki citra-sebut saja Ical-yang notabene adalah ketua umum Partai itu dan sempat terlibat satu kasus yang sampai saat ini pun belum tuntas. Kami diminta untuk berdiskusi dan membuat strategi program untuk kasus yang diberikan. Sampailah pada saat yang lumayan bikin deg2an, yaitu presentasi. Hahaha. Untungnya presentasi itu bisa kami lalui dengan cukup mulusssssssss.

Beberapa saat setelah presentasi selesai, diumumkan 10 peserta yang berhasil lolos tahap ke dua dan berhak melanjutkan ke babak ke tiga. Alhamdulillah gue masukkk 10 besar hahaha agak gak nyangka juga sih, karena gue gak terlalu suka politik sesungguhnya hahaha 10 besar finalis itu diberikan "pekerjaan rumah" untuk dikerjakan dan dikirim via email maksimal pukul 12.00 hari itu juga. Kami semua diberikan brief mengenai crisis management. Topiknya yaitu mengembalikan citra (dan strategi customer relations) maskapai Garuda Indonesia perihal keterlambatan dan pembatalan penerbangan terkait bencana alam, yaitu meletusnya Gunung Kelud. Yang diminta masih sama, yaitu membuat mini proposal mengenai program PR yang tepat berikut press release-nya. Untuk kali ini gue bisa sedikit lebih tenang karena waktu yang disediakan lebih banyak hahaha yang membedakan tahap ini dengan tahap ke dua adalah, esok harinya kita akan melakukan company visit ke kantor Solopos dan diminta untuk melakukan simulasi press conference mengenai kasus tersebut. Jadi sok2an jadi PR nya Garuda beneran hahaha akan ada beberapa wartawan dari Solopos. Hingga akhirnya waktunya tiba...................... Gila! Deg2an banget hahahahhaha wartawannya kritis banget. Mintanya data blabla blibli. Untungnyaaaa sewaktu di kuliah dulu udah pernah juga sih ngelakuin simulasi press con kayak gini. Ditanya-tanya segala macem. Jadi ini bukan pengalaman pertama. Tapi tetep aja, yang tanya itu wartawan beneran hahahaha amsyong sama pertanyaannya haha tapi yaudah, nothing to lose.

Setelah company visit selesai, kita balik lagi ke Sunan Hotel. Ada seminar mengenai digital PR, makan siang, istirahat, dan hiburan. Dari tahap ke tiga itu, akan dipilih 5 orang kandidat yang akan maju ke depan untuk menjawab 2 buah pertanyaan yang diajukan oleh juri. Dan percaya gak percaya, gue lolos ahahahahaha gue pun heran, perasaan pas presscon jawabnya biasa aja, malah kayanya ada data yang salah huhu trus gue liat peserta lain tuh kayanya pada bagus-bagus dan passionate gitu. Tapi yaudah, mungkin gue sedang beruntung :")

Akhirnya gue pun maju dan mengambil undian yang berisi nama Juri yang akan memberikan gue pertanyaan. Jurinya itu ada 4, yaitu Mba Retno, PR Manager The Sunan Hotel Solo; Mba Febrianti Nadira, praktisi PR, dan juga Executive Vice President Corporate Secretary&Communication PT Mandiri Sekuritas; Sapto Adhi dari Rp7 Communications, dan Abdul Khamid dari Garuda Indonesia. Gue pun dapat pertanyaan dari Mba Retno dan Bapak Sapto. Tapi gue lupaaa pertanyaannya apa, pokoknya salah satunya ada mengenai digital PR dan optimalisasi media sosial bagi suatu perusahaan. Gue jawab based on ilmu yang gue dapat di kampus. Lagi-lagi, nothing to lose hahaha

Sampai pada saatnya pengumuman pemenang. Diumumin dari juara ke-tiga, dan.......... nama gue disebut :") gue meraih juara ke tigaaaaaaaaaaaaaaa kyaaaaaaaaaaaaa kok bisaaaaaaaaaaaaaa hahahhahaha beruntung bangetttttt padahal saingan gue dari UI ada 4 dari Unpad, Undip, Unair, UNS, dll dsb hahahaha ya lumayan lah buat bagus-bagusin CV sama buat bahan cerita pas gue interview kerja haha bersyukur banget sih, dan kayaknya emang gue sering banget dikasih keberuntungan sama Allah haha gatau ya, selama gue hidup, gue sering merasa beruntung :") Alhamdulillah yah.... Akhirnya gue pun pulangggg dan kembali berkutat dengan Tugas Akhir yang deadline pengumpulannya adalah 31 Mei 2014 (fyi, pas gue sampe Depok, it's already May 26 2014 :p gatau deh kenapa gue nyantai banget jadi orang...............................................)

Abdul Hadi (dulu dia juga kuliah di UI loh), Anggara (dia anaknya data dan fakta banget hahaha), dan gueeeee! (kalo dia anaknya nyantai tapi detail banget hahaha)

Dan dari kompetisi itu, lumayanlah nama gue ada di 4 berita ini ahahahah

1. http://soloevent.id/keunikan-5-finalis-pr-idol/
2. http://soloevent.id/3-juara-pr-idol-the-sunan-hotel/
3. http://komunikasi.fisip.uns.ac.id/?p=295
4. http://blog.thesunanhotelsolo.com/630/who-wants-to-be-a-public-relations-idol/

Semoga suatu hari nanti kalau ada kesempatan ikut kompetisi lagi, gue bisa ikut lagi dan gak cuma wacana hahaha karena ternyata seru banget!! Nambah temen banyakkkk, nambah pengalaman, nambah tingkat percaya diri, nambah deket sama Allah karena jadi berdoa mulu hahaha dan yang paling pentingggg nambah link2 oke!

Karena kompetisi ini juga, waktu itu gue pernah direkrut sama Mba Retno untuk join di agensi PR buatan dia dan teman-teman perhumas lainnya :") tapi sayang, waktu itu Ayah gue gak mengizinkan gue :") tapiiiiii, gue bersyukur banget aja jadi punya link2 orang2 keren! Hehehe :D Dadaaaaahhhh
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Di kantor, kalau lagi ada waktu lowong sebelum jam makan siang, biasanya gue melakukan blog-walking. Aaaaanddd after did blog-walking and re-read one of my bestfriend's blog, I found this post! Gue pun gak tau kalau dulu dia nulis pengalaman ini di blog-nya hahaha gaperlu izin, Haniii, ini gue repost yaa! Hahaha


Introduction

Jadi gue punya sahabat, sama-sama kurus, sama-sama tinggi, sama-sama menye binti mentel, dannn sering banget dibilang kembar sama orang yang baru kita temuin haha padahal cuma karena sama-sama tinggi dan langsing aja sih...... Sewaktu Ramadhan 2012, kami berencana melakukan I'tikaf karena emang belum pernah sebelumnya. Kita cuma sering dengar cerita orang-orang aja. Akhirnya kita pun memutuskan untuk melakukannya hehehe Anddd here's our storyyy! (Tapi di sini gue sebagai orang ke-tiga aja hahaha)


The original link:

http://delightfulnight.blogspot.com/2012/08/ramadhan-aku-dan-shila.html

Okay, Let's read!

_____________________________________________________________________

Bismillah


Aku ingin bercerita pengalaman luar biasaku, cerita ini terjadi tepatnya 14 Agustus 2012 lalu. Aku dan Ashila Ramadhani, sahabatku di kampus berniat untuk iktikaf di Masjid Baitul Ihsan di daerah Kompleks Bank Indonesia. Terdengar biasa saja kan? Tapi ternyata nggak…

Jam 1 siang selesai dzuhur dan tadarus aku lanjut berkutat dengan lappyku, saat itu Blackberry Messenger ku juga sedang off sehingga aku berkomunikasi dengan Shila lewat Twitter. Aku sibuk dengan blog walking, hingga sadar kalau waktu sudah menunjukkan oukul 3 sore. “Shil, ntar jadi kan ke BI? Sabar dulu 10 menit lagi mandi :p” begini isi mention ku ke Shila, nyatany setengah jam kemudian aku baru selesai tulisanku dan berangkat mandi hihihi maaf ya Shila, abis lagi asik :’’’)

Jam 4 sore aku baru berangkat ke Depok, sungguh perjalanan Jakarta-Depok disore hari bukanlah hal yang baik. Kemacetan dimana-mana, aku pusing dan asam lambung sepertinya naik, mual tak terkira menghampiriku…  Perut bentar lagi buka puasa, tunggu sebentar T.T jam setengah 6 sore aku tiba di Margo City, oiya aku janjian bertemu Shila di Imperial Kitchen & Dimsum. Samapi disana batere hp ku habis, jadilah aku mencari sendiri dimana letak restaurant tersebut.  10 menit mencari, aku mendapati Shila aah Alhamdulillah… “Huaaaa lemes bgt, capek nyari2 lo, hp gue mati bingung harus apa blablabla” Shila hanya terdiam ngeliatin aku terus langsung bilang “udah duduk, trs cepetan mau pesen apa bentar lagi maghrib” trs “yah baru juga sampe, dengerin dulu dong cerita gue tentang macetnya jalanan hari ini” hahaha takjil yang di sediakan restaurant ini adalah pudding rainbow dengan vla vanila, rasanya nyummy banget :9 kami memesan mie ayam fillet ikan, nasi goreng buntut, lumpia isi ayam dan jamur, dan dimsum. Restaurant nya aku rekomendasi nih buat kalo pingin makanan ga terlalu mahal tapi enak.

Selesai makan kami langsung ke stasiun UI, yap! Kami berencana naik kereta, jam 8.20 kereta tiba yeaaay aku yang tak pernah naik kereta api Jabodetabek excited parah! Malem hari, berdua Shila doang, naik kereta hahaha kurang kece apalagi coba? :p sepanjang di kereta gue ga berhenti bilang “Shil, seru banget sih, sepi lagi keretanya aaaah berasa mau mudik gitu hihihi shila juga ga berhenti bilang “Haniiiii lebay bgt sih, mendingan ngajak adek gue deh dia biasa aja. Mana manja juga lagi lu” gue cuma senyum-senyum doang dengerin omongan dia.

Sampailah kita di Stasiun Sudirman, mau lanjut naik Kopaja 640 daaaaaaaan Jakarta super keren kalo malem! lewat Bundaran HI, Grand Indonesia, Hotel Kempinski dihiasi sama lampu jalan yang superb abis! Pas bayar ongkos ke abangnya tadi aku minta diturunkan di BI, 5 menit kemudian kondekturnya teriak “BI BI BI, neng BI neng” yeaaay sampe! Tapi kita bingung, karena deket situ ga ada masjid, oke kita masuk aja ke kompleksnya nanya ke pak satpam “Pak, masjid BI dimana ya?” “oooh ini lurus aja trs belok kiri ikutin jalan” “makasih banyak pak” “iya sama-sama, mau iktikaf ya?” “hehe iya pak” “kalian berdua kembar ya? Mirip banget” “loh nggak pak, sama-sama tinggi aja”

Lanjut masuk ke bangunan Masjid Baitul Ihsan, kita berdecak kagum sambilngucap ‘subhanallah’ berkali-kali karena bangunan masjid ini begitu megah dan artistik. Masuk ke masjid kita sudah disambut oleh jamaah yang bersiap iktikaf, dengan bawaan kasur,bantal, alat sholat, Al-Qur’an, makanan dan gadget :p

Kami begitu terkagum-kagum melihat pemandangan di dalam masjis ini, betapa Ramadhan dan Lailatul Qadar sangat penuh dengan berkah sehingga berbondong-bondong orang untuk meraihnya. Selesai sholat dan tadarus ternyata Shila lapar (ahhh anak ini banyak bgt makannya). Mie Rebus tektek dan sebotol air mineral habis dilahap dia, aku cuma nemenin makan pake Pop Mie aja. Selesai makan, kita naik ke atas lagi (oiya masjidnya itu ada 2 lantai, akhwat (perempuan) di atas) lanjutin ngobrol tentang Islam, masa kecil kita, dan bagaimana menyikapi hidup… kecapekan sampe ketiduran hihii

Jam 2 pagi kita bangun, ga beneran tidur sih wong ada bayi nangis ga berenti2 huehehe Sholat malam, karena ini iktikaf jadinya sang imam adalah hafidz Qur’an jadi makmumnya sholat sambil bawa Qur’an di tangannya. SERU BGT KAN :D

Sambil ngobrol-ngobrol sama jamaah lain yang sudah sering iktikaf di sini dapet info sahur dan buka puasa dapet makanan dari panitia. Subhanallah indahnya Ramadhan, segalanya dipermudah hihih (mayan sahur gretong, yegak shil?

Jadi pas sahur itu kita nukerin kupon ke panitianya, setelah itu dapet deh nasi padang :D makan di tangga depan masjid bareng jamaah yang lain, ternyata banyak bgt yang bawa keluarga lengkapnya buat iktikaf, anak-anak kecil banyak banget tuh heheh keren ya ayah ibunya udah mengajarkan anaknya buat iktikaf sedari kecil :D

Selesai semua rangkaiannya, dimulai dari sholat tarawih, tadarusan, chitchat sama shila, sholat malam, sahur bareng, subuhan bareng :D KITA PULANG :(( sediiiiih harus meninggalkan lingkungan yang begitu kondusif untuk selalu dekat pada Allah :((
Naik metro dan kereta lagi, namun bedanya terjadi hiruk pikuk masyarakat Jakarta yang memulai aktivitasnya. Sampai di Stasiun UI dengan muka ngantuk dan capek kita pulang ke rumah masing-masing.

Terimakasih banyak Shila untuk petualangannya dan pelajaran yang kamu kasih :D Terimakasih jg Allah untuk kesempatan yang Kau berikan di RamadhanMu ini :D
Ini Shila
Ini tempat aku & Shila sahur

Okeee begitulah kira-kira cerita kami hahahaha
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Ada saatnya seseorang merasa lelah.
Lelah dgn orang lain.
Lelah dengan manusia lain.

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang terpintar, namun juga terbusuk yg pernah ada.

Manusia memiliki akal pikiran yang seharusnya bisa digunakan dan diatur dengan baik.
Namun kebanyakan dari mereka menyalahgunakan itu semua.
Menggunakan pikirannya untuk menguasai dunia. Menggunakan kecerdikannya untuk melawan manusia lain demi sebuah kepuasan, bahkan kekuasaan.

Bukan, ini bukan bahasan mengenai kehebohan luar biasa akan pesta demokrasi di negeri ini.

Ini tentang sifat dan sikap yang memang tertanam di diri manusia2 tertentu.

Banyak yang dilakukan untuk memberi kepuasan tersebut. Ada yang menggunakan kelicikan, kecurangan, dan kebohongan. Semata2 hanya untuk menutupi diri yang ternyata tidak sesempurna seperti yang tampak.

Mereka rela menyakiti banyak orang, demi sebuah nafsu dan kepuasan pribadi.
Ya, manusia memang ditakdirkan untuk egois nampaknya.

Kelicikan, kecurangan, kebohongan.

Kemunafikan.

Pengkhianatan.

Rasanya sulit untuk menerimanya. Menerima setiap perlakuan. Menghadapi seluruh sifat yang tertanam.

Saya lelah.

Walau saya sendiri pun juga manusia yang juga tercipta untuk menjadi egois.
Namun saya lelah. Dengan diri saya sendiri, juga manusia lain.
Selalu hidup dalam kemunafikan, kelicikan, kebohongan, di mana kejujuran menjadi sangat murah harganya.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

// 04.07.14 \\

Yang hanya saya tau
Waktu terus berjalan
Meninggalkan
Menemukan
Tanpa menghiraukan

Yang hanya saya tau
Waktu terus berjalan
Meninggalkan kesan
Menyiratkan pesan
Bersamaan

Ada hal yang kita tinggalkan
Namun banyak pula yang didapatkan
Menemukan yang baru
Juga kehilangan
Lumrah....

Mungkin ada hal yang tak dapat dilupakan
Berhenti di satu keadaan, tidak ikut pergi bersama waktu yang berjalan

Kenangan....

Bersama hal-hal tertentu
Bersama orang-orang tersayang

Kenangan ada untuk dirasakan, bukan dilupakan
Begitupun yang saat ini masih tetap diam di sana

Saya ingin selalu melihatmu berdiri di sana
Tetap menjadi kenangan
Tak pudar
Sebagai bukti saya pernah melewati hari-hari itu
Menjalaninya
Bersamamu.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hey look at this. I will tell you about this game. It's a game you MUST be playing on. It's a biggest game, sophisticated game, named Life. Noted: this game consists of several stages.

Real life is the game that –literally– everyone is playing. But it can be tough, fun, hard, or anything. It depends on how you put your time into the right things.

It starts when you’re assigned a random character and circumstances. And you would find most things (like the best jobs, possessions, and partners) are locked until you get some. This is the time to level up your skills and quality. You will never have so much time. Now you must play it properly. Your top priority is to assign your time as well as possible.

I thought that everyone would  definitely feel this stage of the game;
When every single thing you do would affect your next stage, your fate.
When you start thinking that your next stage is more important than everything you have been through.
It's when you would feel worry about everything that is uncertain. You worry and think a lot 'bout your future. What will it bring?


And I'm on this stage of the game, now.......

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Semua berlangsung cepat. Tumbuh dan tertata rapih bak tanaman di depan teras itu.

Ketika sore ia membuka pintu, tampak bertaburan warna warni indah dari bunga yang baru saja merekah. Cerah, ceria. Hanya memandangnya saja pun ia bahagia. Ternyata, hari itu sedang musim semi. Pantas saja. Semua terlihat indah.

Hari berganti hari. Nampaknya keindahan itu tak berlangsung lama. Perlahan bunga-bunga itu melayu. Seiring waktu. Satu persatu.

Ia memandangnya. Tampak sedikit kecewa. "Mengapa sangat cepat..." pikirnya. Namun bagaimana pun, itu adalah bunga. Di mana tanpa diminta ia akan melayu, namun akan menggantinya dengan yang baru. Tentunya membutuhkan waktu.

Mungkin waktu yang membuat bunga-bunga itu istimewa, karena akan selalu ditunggu oleh sang pemujanya. Ya, ia pemuja bunga-bunga itu.

Mungkin kecewa, tapi ia akan tetap menunggu sampai bunga-bunga itu kembali merekah, memancarkan warna cerah.

Tak ada yang bisa disalahkan memang, mengapa bunga itu dapat layu. Namun itulah siklus. Memang harus begitu adanya. Mungkin agar ia bisa lebih menikmati (juga menghargai?) ketika saatnya bunga itu kembali berwarna.

----------------------
28/03/15
Ketika merasa tersakiti. Namun tak ada apapun yang bisa disalahkan. Murni karena (mungkin) kesalahan pribadi, yang dikalahkan oleh nafsu. Ya, ia tak pandai menjaga hati dan membawa diri.

Namun ia tersadar, bahwa ia berada di dunia. Tempat di mana semua hal tidak kekal. Tempat di mana akan ada satu juta kemungkinan. Tempat di mana semua makhluk berkumpul, tentunya yang memiliki perbedaan di setiap aspek. Ia pun tak bisa menyalahkan siapa pun, apa pun.

Lalu, ia harus pergi ke mana?

Share
Tweet
Pin
Share
2 comments

Gausah pake introduction, langsung aja deh ah hahaha

Passion? Sampai saat ini gue masih bingung dan belum paham mengenai makna passion itu sendiri. Sering menyebut, sering mendengar, padahal sebenarnya kurang paham hahaha makanya kali ini gue ingin berbagi kesoktauan gue dan juga share beberapa hal yang menurut gue....inikah passion?

Tapi sebelumnyaaaa, izinkan gue bercerita singkat terlebih dahulu. Hehehe

-----

Semenjak SMP (mungkin sejak SD), pilihan hidup gue terpaku oleh pilihan Ayah. Tapi gak semua sih, cuma pilihan-pilihan penting yang menurut gue sangat berpengaruh ke masa depan aja. Contohnya pilihan sekolah. Masuk SMP, dipilihin. Masuk SMA, dipilihin. Padahal gue menginginkan sekali untuk bisa masuk ke salah satu SMA idaman gue. Tapi apa daya, Ayah kekeuh banget buat masukin gue ke SMA pilihannya, yaitu SMA 3. Kemudian, pilihan jurusan pun dia yang memilihkan. Orang tua mana yang gak mau anaknya masuk ke jurusan IPA? Mungkin cuma Ayah gue hahaha walhasil, masuklah gue ke IPS.

Berlanjut ke masa-masa pemilihan universitas dan jurusan kuliah. Lagi-lagi......dipilihkan. Mulai dari Universitasnya sampai dengan pilihan jurusan. Walau saat itu kita juga berkompromi sih, tapi tetep aja, kayaknya 70% atas dasar pilihan beliau hahaha gue sih nurut aja.

Sempet satu hari gue tanya, "yah kok aku ga dianjurin masuk IPA? Trs kenapa Ayah rajin banget nyatetin semua jurusan2 di UI dan UGM trs nyoret2in mana yg gak pas buat aku?" Trs dia cuma jawab "Yaa, Ayah kan udah tau gimana karaktermu dari kecil, apa passion-mu. Jadi ayah coba pilihin yg pas. Biar kamu enjoy jalaninnya" Dan yaudah. Setelah itu selesai, ga ada pertanyaan lagi. Gue cuma yakin kalau Ayah gue udah paham banget karakter dan passion (yang gue masih ga ngerti artinya apa) anaknya dan bakal milihin yang terbaik. Gue sih nurut aja sebagai anak yang baik hahahaha

Lalu tibalah saatnya gue diterima di salah satu Universitas, sebut saja UI, di jurusan Humas a.k.a Public Relations, a.k.a PR a.k.a jurusan yang dipilihin Ayah gue. Pada awalnya gue pun masih bingung ini jurusan nanti bakal belajar apa aja, dll dsb. Tapiiiii, yang bikin amaze adalah gue sangat enjoy ngejalaninnya! Gue suka! Trs gue langsung teringat apa yang Ayah gue katakan hahaha emang omongan orang tua harus diturutin :') Tapi emang menurut gue, Ayah gue itu perhatian banget orangnya. Detail gitu, dan bisa membaca karakter anak. Semoga nurun ke gue nantinya hahaha

Intinya, gue suka banget. Gue bahagia. Tugas akhir pun gue tulis dengan rasa senang dan mood yang menurut gue stabil dari awal penulisan sampai sidang. Padahal harus cari data sampai ke Solo. Tapi seneng aja gitu rasanya. Entah mengapa. Hahaha Alhamdulillah yah

Dan sampai saat ini pun, gue bekerja di bidang yang sama, yaitu PR. Gue menjadi salah satu Public Relations di salah satu perusahaan, sebut saja Lock&Lock hahaha gimana rasanya? Entahlah. Gue merasa sangat bahagia, senang, 3 bulan berasa 3 minggu hahaha ya gak bisa dideskripsiin. Padahal capek, tapi enaaaaaaaaaaaaaakkkk aja gitu rasanya. Gue pingin apa yang gue kerjakan itu memiliki hasil yang baik. Yaa mungkin bisa dibilang perfectionist. Gue pun ga ngeluh aja gitu kalau lembur atau harus bekerja di hari Sabtu dan Minggu ketika ada event dll. Ya begitulah.


Sampai suatu hari gue bertanya ke diri sendiri "Apa ini yang namanya passion? Apa ini jawaban atas arahan-arahan Ayah gue waktu itu yang beliau bilang 'sesuai dengan karakter dan passion'?"


Well, mungkin iya, mungkin ngga. Karena gue sendiri pun masih gak paham-paham banget definisi kongkret dari passion itu sendiri.

Baiklah, mari kita telaah bersama! hahaha

Passion.

Menurut urbandictionary,
Passion is when you put more energy into something than is required to do it. It is more than just enthusiasm or excitement, passion is ambition that is materialized into action to put as much heart, mind body and soul into something as is possible.
Sedangkan menurut wiki (walau gue tau kalau kita gak boleh menjadikan wiki sebagai referensi, tapi yaudalah yhaa ini kan blog doang bukan TKA hahaha),

Passion (from the Latin verb patere meaning to suffer) is a very strong feeling about a person or thing. Passion is an intense emotion, compelling enthusiasm or desire for anything.
Passion may be a friendly or eager interest in or admiration for a proposal, cause, discovery, or activity or love – to a feeling of unusual excitement, enthusiasm or compelling emotion, a positive affinity or love, towards a subject. It is particularly used in the context of romance or sexual desire though it generally implies a deeper or more encompassing emotion than that implied by the term lust.
Gimana? Jadi sudah mengerti apa itu passion saudara-saudara? Kalau aku sih belum. *gubrak*

Tapi kalau merujuk ke difinisi passion di atas, mungkin sudah 80% gue menemukan passion gue. Di mana gue sangat enjoy menjalaninya, di mana gue mau aja gitu mencurahkan tenaga, pikiran, dan waktu gue hahaha. Tapi gue juga gamau menyimpulkan juga karena gue sendiri pun masih bingung what passion is. 

Well, kata passion yang gue pahami sampai sekarang (merujuk dari definisi di atas juga, sih), memiliki arti suatu kecintaan yang berasal dari hati, antusiasme, kesenangan, ability, dan kerelaan mengeluarkan energi yang lebih banyak untuk suatu hal, tanpa merasa hal itu menjadi beban untuk kita. Itu untuk satu objek tertentu yah. Sedangkan passion dalam hal "romance or sexual", yah maap gue belum cukup umur sekarang. Gue ga paham :)) wkwk

Jadiiii, kenapa sih kali ini gue mau menulis tentang passion? Itu karena passion ternyata sangat memengaruhi hal-hal yang kita lakukan dan merupakan salah satu kunci meraih goal di kehidupan kita ke depan. Pendapat itu sih pendapat gue pribadi yang berdasarkan pada beberapa artikel yang gue baca, juga beberapa orang yang menyimpulkan hal yang sama. Gak setuju? Silakan close tab aja hahaha



Mengapa passion penting? Seberapa penting passion itu?

Mungkin saat ini gue akan membahas hal-hal yang mungkin udah general dan orang-orang udah tau. Tapi di sini gue hanya ingin mengulang aja dan memberikan pandangan pribadi based on pengalaman yang gue alami.

Let's share!


Seperti definisi pribadi yang telah gue tuliskan di atas, maka hal-hal yang kita lakukan, jika sesuai dengan passion, kita akan dengan senang hati dan all out melakukannya. Gak bakal berasa beban, atau merasa capek. Mungkin capek, tapi capek yang menyenangkan dan memuaskan. Mungkin begitu.


Gimana sih cara nemuinnya? Passion itu muncul dengan sendirinya atau karena paparan lingkungan sehari-hari? Mungkin banyak yg tanya. Tapi menurut pendapat pribadi gue, passion itu muncul berdasarkan karakter yang terbentuk di diri kita sejak kecil. Karakter itu sendiri terbentuk karena lingkungan, dari kita bayi, sampai saat ini. Jadi, lingkungan sangat berpengaruh sih dalam menciptakan passion kita. Tapi, cara menyimpulkan karakter itulah yg sulit. Beruntung gue punya ayah yang bener-bener peka terhadap karakter gue.
Tapi gue pernah mendengar juga, passion itu bisa dibentuk lho. Jadi saat kita sudah menemukan hal yg kita suka, kita fokuskan dengan hal itu. Lama kelamaan, kita akan terbiasa dan dengan rela hati melakukan itu semua tanpa beban. Jadi bisa dibayangkan dong ya, bakal kayak apa hasilnya kalau kita melakukan dengan senang hati dan bergairan (wkwk). Maka dari itu, menurut gue, menemukan pekerjaan yang sesuai dengan karakter, apalagi passion itu penting banget!


Kenapa penting? 
Yaa karena se-pengalaman gue, oramg-orang yang memang bekerja sesuai dengan passion, mereka akan merasa sangat nyaman di sana. Selain itu, mungkin akan lebih tough dan tidak akan mudah terpengaruh hal-hal eksternal yang negatif. 
Bisa juga akan berpengaruh terhaap perkembangan karier yang pesat, karena orang yang bekerja sesuai passion (menurut yg gue baca dan contoh real yang gue liat
) akan terlihat 'aura'nya hahaha passion juga bisa menghindari dari kata bosen dan jenuh yang sebenarnya bisa menghambat karier hahahahah itulah kesoktauan gue berdasarkan pengamatan dan riset pribadi hahahhaha

jadiiiiii, skrg gue sedang berharap banget apa yang sedang gue lakukan dan jalankan saat ini adalah benar2 passion-nya gue hehehe semoga yang gue rasakan bukan hanya euphoria tahun awal masuk kerja hahaha 
Aamiiinn

Maka dari itu, yuk temukan passionmu biar semua hal yang dilakukan terasa menyenangkan!
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Hi, I'm Ashila Ramadhani, and welcome to my blog. Most of my previous posts were filled with my random thoughts, poems, and life-stories, but I'm trying to make this blog more meaningful :p from now on, I will fill it with my other (useful) thougts, my life-changing-experiences, my artworks, and my traveling experiences. Enjoy it!

Get Connected

  • LinkedIn
  • Facebook
  • Pinterest
  • Instagram

Categories

  • thoughts

recent posts

INSTAGRAM

@ashilaramadhani

Blog Archive

  • ►  2025 (2)
    • ►  July (2)
  • ►  2024 (1)
    • ►  December (1)
  • ►  2016 (10)
    • ►  October (2)
    • ►  June (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (2)
    • ►  February (2)
  • ▼  2015 (21)
    • ▼  December (2)
      • Psi Trailing; What's That?
      • The Little Prince; Menjadi Ibu yang Baik
    • ►  November (2)
      • Kesempatan
      • Dalam Sepi
    • ►  October (2)
      • Membaca
      • The Martian: What PR Person Can Learn From
    • ►  August (2)
      • Sudahkan Saya Bersyukur?
      • Hidup Itu Pilihan
    • ►  July (1)
      • Fenomena Ojek Masa Kini (Part 1)
    • ►  June (3)
      • Hidup Tuh Apa Sih?
      • Berbeda
      • -an
    • ►  May (2)
      • Ramadhan 2015
      • Ikut Kompetisi (akhirnya bukan cuma wacana hahaha)
    • ►  April (2)
      • I'tikaf Pertama
      • Manusia
    • ►  March (3)
      • Yang Hanya Saya Tau
      • It's Called; Life
      • Bunga dan Dunia // 28.03.15
    • ►  February (2)
      • Passion
  • ►  2014 (3)
    • ►  December (3)
  • ►  2013 (14)
    • ►  November (2)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (5)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  February (1)
  • ►  2011 (6)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates